Kementan Gerakan Kostraling untuk Antisipasi Anjloknya Harga Padi Saat Panen Raya
Kementerian Pertanian (Kementan) RI melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memfasilitasi akses kemudahan usaha bagi petani di Kabupaten Sleman DIY. Fasilitas itu yakni melalui program Komando Strategi Penggilingan Padi atau dikenal dengan Kostraling.
Program tersebut merupakan wujud nyata program Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk melindungi petani dari gejolak harga saat panen raya.
Menggandeng BNI dan Perpadi pada hari Sabtu (8/2) dilaksanakan implementasi kostraling melalui akses KUR di desa Gancahan, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, DIY.
“Pencanangan kostraling pertama kali dilakukan di Sleman ini, dan minggu depan rencana se Jateng akan kita kumpulkan dan kita akan terus bergerak ke wilayah lain,” tutur Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi yang hadir dalam acara tersebut.
Sesuai dengan arahan Mentan SYL bahwa bulan Februari harus tuntas menyerap KUR dari alokasi target yang ada. “Seperti Sleman ini, targetnya Rp 200 Milyar terserap, kenapa kita kejar di Februari ini supaya nanti di bulan Maret April saat panen raya harga stabil,” terang Suwandi.
Kostraling sebagai langkah upaya Kementan untuk menjaga kestabilan harga gabah. Petani penggilingan didorong untuk menyerap gabah petani. Namun demikian pemerintah tidak hanya mempush saja, difasilitasilah kelompok penggilingan ini untuk memdapat akses pembiayaan dari perbankan dengan bunga yang rendah.
Menurut Suwandi pembiayaan KUR bukan hanya untuk operasional modal kerja saja namun bisa untuk investasi. Yang terpenting adalah komitmen dari petani untuk dapat memberi kepercayaan kepada pihak perbankan. “Pembiayaan dari KUR ini sangat ringan, bunga hanya 6 persen, bisa untuk upgrade gudang. Jadi nanti tidak ada cerita gabah petani tidak tertampung, dan lagi kualitas juga bisa diupgrade dengan investasi peralatan,” tambahnya.
Langkah selanjutnya menurut Suwandi dengan menaikkan kelas pangsa pasarnya. “Jangan hanya dipasarkan sekitarnya tapi juga bisa tembus supermarket bahkan harus bisa menyisihkan untuk ekspor, petani harus bisa naik kelas,” tandasnya.
Senada dengan yang diungkapkan Dirjen Tanaman Pangan, Staf Ahli Menteri Bidang Investasi Gatot Irianto bahkan meminta andil penerima bantuan alsintan pascapanen untuk ikut share produksinya ke pangsa ekspor, terutama untuk beras premium dan beras khusus.
“Pada dasarnya KUR adalah hak dan kesempatan semua masyarakat, tinggal bagaimana dimanfaatkan seoptimal mungkin,” tandas Gatot.
Sebagai pihak yang memiliki peran penting dalam kostraling ini, petani peggilingan yang diwakili Ketua Perpadi Sutarto Alimoeso menyatakan kesiapan para pengusaha penggilingan padi. “Kami sangat terbantu dengan adanya program pemerintah ini, karena pada dasarnya 90 persen industri penggilingan ini masuk di penggilingan kecil yang sulit akses kredit,” tutur Sutarto.
Pembiayaan bagi penggilingan padi nanti akan berguna untuk investasi revitalisasi alat modern dan untuk modal kerjanya, sehingga tidak ada lagi produksi beras yang jelek, tidak bisa simpan lama dan mudah rusak.
Menanggapi hal tersebut, Eka Nugraha dari pihak BNI pusat yang juga hadir menyatakan kesiapannya menyediakan pembiayaan baik bagi petani maupun pengusaha penggilingan.
Bahkan dikatakan Eka tidak hanya padi saja yang bisa dibiayai, budidaya yang lain seperti jagung, tebu, dan horti pun bisa dibantu. Yang menguntungkan lagi, petani bisa bayar pinjamnya yarnen setelah panen. “Jadi petani fokus saja berusaha, nanti setelah panen bisa baru membayarnya. Bunganya juga ringan sekali,” ungkap Eka.
Kelompok tani Sidomulyo menjadi contoh keberhasilan pembiayaan petani. Diceritakan oleh Bangun pembina kelompoktani tersebut, bahwa mereka sudah 4 kali mengakses pembiayaan dari perbankan dan hasilnya Gapoktan Sidomulyo mampu mngembangkan usahataninya. “Omset perputaran kita ada 600 juta sebulan dan itu dipakai terus untuk kami fasilitasi petani. Kami beri pinjaman, namun mereka harus komitmen memenuhi target produksi,” ungkap Bangun.
“Jadi suplai kami bisa kontinyu terus. Contohnya kami beri pinjaman untuk beli benih, pupuk, mol dan biaya olah tanah tapi mereka juga harus sanggup memenuhi produksi. Misalnya target kami seperti beras merah 40 ton, pandanwangi 40 ton dan beras hitam 18 ton,” terangnya.
Gapoktan Sidomulyo yang beranggota 6 poktan dan 150 petani ini mampu memenuhi produksi 200 ton per bulan mulai dari beras merah, beras hitam, menthik susu, pandan wangi, brown rice, ciherang dan IR 64. Bahkan 62 hektarnya sudah menerapkan pertanian organik.
Bangun berkeyakinan Gapoktan Sidomulyo bisa jadi contoh usahatani yang sustain. Bahkan kelompoknya telah mendapat bantuan sentra pelayanan petani terpadu (SP3T) dari Kementan tahun 2018. Bantuan yang diberikan kala itu berupa vertical dryer, RMU dan husker. “Rencana kami akan tambah alat lagi supaya kerjanya lebih optimal, kalo optimal kan biaya produksi bisa ditekan jadi keuntungan bagi poktan bisa bertambah, pungkas Bangun.
Di tempat yang sama Arofa Noor Indriani selaku Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY mengapresiasi atas program Kementan dan menyatakan kesiapannya mengawal kostraling. “Dengan mekanisme yang semakin jelas ini kami akan mensupport dan mengawal untuk perluasan akses pembiayaan bagi petani di DIY,” tandasnya.
Editor: Marlisa Maharani