Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu,
Jakarta Selatan 12520,
Provinsi DKI Jakarta

(021) 7824 669

ID EN
Logo

Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan

7

Benih Padi Inpara 2, Jadi Primadona Lahan Rawa Tahan Kekeringan

Barito Kuala - Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendukung inovasi teknologi varietas unggul untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim di daerah Rawa.  “Optimalisasi lahan rawa merupakan strategi yang akan ditempuh Kementan untuk amankan stok pangan nasional pada musim kemarau (MK) di tengah pandemi Corona tahun 2020”, demikian dikatakan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi di Jakarta, Selasa (30/6/2020).

“Benih sebagai salah satu pengungkit keberhasilan budidaya tanaman, penggunaan varietas yang sesuai dengan kondisi alam akan meningkatkan produksi”, ujarnya.

 “Inovasi varietas unggul yang adaptif dan toleran rendaman, di lahan rawa tahan kekeringan yakni varietas Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara  4, Inpara 5, Inpara 6, Inpara 7, Inpara 8, Inpara 9 Agritan, Inpara 10 BLB. Varietas Inpara sudah berkembang di lahan rawa seperti Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan beberapa lokasi yang terendam, ungkap Takdir Mulyadi, Direktur Perbenihan.

“Perlu memberdayakan petani produsen yang mandiri, guna mempermudah akses memperoleh benih varietas unggul”, kata Suwandi.

Salah satu Balai Benih Induk (BBI) Padi milik Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan, tepatnya di Desa Barambai Kolam Kanan, Kec. Barambai, Kab. Barito Kuala telah mengembangkan varietas Inpara 2 seluas 17 Ha. Harapannya, lahan ini disamping sebagai pusat percontohan teknik produksi padi irigasi lahan rawa di Kalimantan Selatan, petani dapat termotivasi untuk memproduksi benih padi di lahan rawa, papar Sugeng, Kepala BBI Padi Barabai.

Di lokasi yang berbeda, keberanian Maryanto, Ketua Produsen Benih (PB) Bunga Karang, Desa Karang Bunga, Kec. Mandastana, Kab. Barito Kuala, Kalimantan Selatan untuk menggeluti kegiatan produksi benih padi di atas lahan rawa seluas 160 Ha mendapatkan apresiasi oleh petani sekitarnya.

Pasalnya, memproduksi benih padi di lahan rawa pasang surut sangat besar kendala yang dihadapi terutama masalah air dan kesuburan lahan didominasi tanah masam. Hal ini menyebabkan sebagian besar petani masih melakukan tanam padi satu kali setahun dengan varietas lokal. Hal ini tidak menyurutkan semangat Maryanto, untuk mengadopsi teknologi produksi benih varietas yang cocok di lahan rawa masam terlebih menghadapi kekeringan panjang, katanya.

Diakuinya keunggulan varietas Inpara 2, produktivitasnya mencapai 8 ton/ha atau setara dengan 6 ton/ha benih. Varietas ini adaptif terhadap kekeringan di lahan masam, toleran keracunan FE dan Al, tahan terhadap Wereng Batang Coklat (WBC), Blas, rasa nasi agak pera dan disukai masyarakat Kalsel, bahkan yang semula hanya tanam sekali, sekarang bisa tanam dua kali setahun. Saat ini varietas Inpara 2 menjadi primadona petani di Kab. Barito Kuala, ungkap Maryanto dengan penuh semangat. 

Produksi benihnya satu musim tanam mencapai 960 ton, selain untuk memenuhi kebutuhan benih wilayah Kalsel, akhir tahun ini sudah ada permintaan benih untuk wilayah Kalimantan Tengah, ungkapnya.

Kontributor : Retno Setianingsih, Purwancaturita M, Sofiana

WhatsApp


Email


Jam Pelayanan

Hari Kerja
08:00 s/d 16:00