Kementan Dorong Peningkatan Produksi Dengan Penggunaan Bahan Organik Ramah Lingkungan
Di tengah Krisis Global Sektor Pertanian menjadi andalan untuk membangun Kemandirian Pangan, serta Pertanian berkontribusi bagi PDB, ekspor naik 38% dan NTP naik signifikan. Indonesia 3 tahun tidak impor beras.
Kementan terus melakukan upaya-upaya peningkatan produksi yang ditargetkan naik menjadi 31 juta ton beras, dengan tetap mengutamakan Efisiensi Biaya Produksi dan Pertanian Keberlanjutan.
Pada 8/8/2022, Kementan melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengadakan Webinar Strategi Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Budidaya Tanaman Pangan Memacu Produksi Guna Antisipasi Krisis Pangan Global Melalui Penggunaan Bahan Organik/Hayati Ramah Lingkungan, yang dihadiri oleh Menteri Pertanian, Pejabat Eselon 1 lingkup Kementan, Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten, Penyuluh, Petugas POPT dan Pengawas Benih Tanaman di seluruh Indonesia.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya mengatakan di tengah kesulitan terbatasnya pupuk bersubsidi dan harga pupuk kimia yang tinggi perlu ada terobosan untuk mempertahankan produksi yang dapat diatasi dengan penggunaan pupuk organik atau pupuk hayati dalam rangka mempersiapkan lahan pertanian yang tetap harus produktif tetapi tetap ramah lingkungan dengan penerapan metodologi yang tepat yang sesuai dan efektif.
“Hari ini adalah bagian kita mencari solusi menghadirkan pertanian yang makin maju tidak ada kata mundur, menghadirkan pertanian untuk membuat negara dan petani makin mandiri. Pupuk organik adalah bagian dari pertanian kita yang modern, modern tidak harus dengan kimia kan, modern dengan mengangkat lokal menjadi sesuatu yang berarti lebih baik,” ungkap SYL.
SYL juga mengatakan sudah bertahun-tahun kita pakai pupuk-pupuk kimia sehingga tanah jadi rusak, ini saatnya memperbaiki itu semua untuk keberlanjutan pertanian ke depan. Perlu adanya pemahaman teknis terhadap penggunaan pupuk berimbang, bagaimana mengefektifkan pupuk yang tidak banyak namun produktivitas tetap naik. Gunakan pupuk organik sebagai pupuk utama karena dapat memperbaiki semua sifat tanah, mengandung semua unsur hara, dapat dibuat sendiri dan ketergantungan terhadap pupuk kimia dapat berkurang.
“Penggunaan pupuk kimiawi harus dengan dosis yang tepat, dan diimbangi pupuk organik. Kepada para petugas di lapangan, mari sosialisasikan cara membuat pupuk dan obat-obatan organik hayati kepada para petani. Pemanfaatan bahan organik harus digalakkan secara masif untuk menyehatkan tanah. Petani harus di dorong untuk dapat membuat secara mandiri dari bahan-bahan organik yang ada di sekitar. Dengan demikian kesuburan lahan akan tetap terjaga,” jelas SYL.
“Saya berharap ini dapat diterapkan secara masif 3 bulan ke depan, tentunya pelaksanaan lapangan tidak bisa sendiri, mungkin ikut sertakan kelompok-kelompok tertentu atau mitra-mitra yang bisa membantu untuk dapat menerapkan konsep ini, dan saudara-saudara sekalian harus ikut di lapangan, kemudian tata kelolanya di susun dan dirumuskan dengan baik dan tujuan akhirnya adalah budidaya baru di seluruh Indonesia yang tentunya dapat mengurangi biaya produksi namun produksi tetap meningkat dan kesuburan lahan tetap terjaga,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi, pada kesempatan yang sama menjelaskan, sosialisasi bimtek ini bertujuan meningkatkan Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada budidaya pertanian tanaman pangan dengan berbagai solusi yaitu penggunaan pupuk organik, pupuk hayati, mengurangi bahan-bahan pestisida kimia dan lain sebagainya untuk diterapkan di kondisi saat ini dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas, sehingga akan diperoleh hasil yang lebih baik.
“Sesuai dengan arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, ini perlu diterapkan secara masif di daerah-daerah karena ini dapat menjadi solusi di tengah kesulitan-kesulitan yang ada, dan diharapkan kepada para pakar untuk dapat mendampingi, dapat memberikan ilmu dan pengetahuannya terkait penggunaan bahan-bahan organik yang baik dan ramah lingkungan kepada kita semua untuk mensukseskan gerakan ini,” jelas Suwandi.
“Pengelolaan OPT berbasis ramah lingkungan juga perlu disosialisasikan untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah, melestarikan dan menjaga keseimbangan agroekosistem, meningkatkan produksi pertanian yang aman konsumsi, menekan biaya produksi pertanian dengan mengurangi/meminimalkan input saprodi kimia sintetik,” tambah Suwandi.