Padi Varietas Umur Sangat Genjah dan Indeks Glikemik Rendah: Solusi IP400 atasi Diabetes Melitus
WHO menyebutkan bahwa diabetes
melitus (DM) merupakan penyakit yang menyebabkan kematian no 6 di dunia. Pada
2021, International Diabetes Federation (IDF) mencatat 537 juta orang dewasa
(umur 20 - 79 tahun) atau 1 dari 10 orang hidup dengan diabetes di seluruh dunia. Diabetes
juga menyebabkan 6,7 juta kematian atau 1 tiap 5 detik. Tiongkok menjadi negara dengan jumlah orang dewasa
pengidap diabetes terbesar di dunia. 140,87 juta penduduk Tiongkok hidup dengan
diabetes pada 2021. Selanjutnya, India tercatat memiliki 74,19 juta pengidap
diabetes, Pakistan 32,96 juta, dan Amerika Serikat 32,22 juta. Indonesia berada
di posisi kelima dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 19,47 juta. Dengan
jumlah penduduk sebesar 179,72 juta, ini berarti prevalensi diabetes di Indonesia
sebesar 10,6% (databoks.katadata.co.id). Angka prevalensi ini meningkat dari
tahun sebelumnya, berdasarkan data Riskesdas, prevalensi diabetes tahun 2018
sebesar 8,5% dan 2013 sebesar 6,9%.
Penderita DM mengalami gangguan
metabolisme glukosa sehingga sehingga tubuh tidak bisa memproduksi insulin yang
cukup atau tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga gula dalam
darah berlebih. Oleh karena itu penderita DM harus dapat mengendalikan kadar
gula dalam darah dengan cara memilih makanan yang tidak secara cepat
meningkatkan kadar gula. Indikator cepat atau lambatnya unsur karbohidrat dalam
bahan pangan dalam meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh dapat menggunakan
indeks glikemik. Indeks
glikemik (IG) suatu makanan diukur dengan skala 1–100. Semakin tinggi angka
indeks glikemiknya, semakin cepat pula makanan tersebut dapat
meningkatkan kadar gula darah. Tinggi rendahnya indeks glikemik terbagi
menjadi tiga kelompok, yaitu: indeks
glikemik rendah: kurang dari 55, indeks glikemik sedang: 56–69 dan indeks glikemik tinggi: lebih dari 70.
Beras merupakan salah satu makanan
pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Beras (nasi putih) dianggap sebagai
pangan hiperglikemik yang dapat menaikan kadar gula darah dengan cepat. Sehingga
ada yang menyeru untuk beralih ke pangan non beras yang memiliki IG
rendah. Padahal glikemik beras itu dipengaruhi oleh beberapa hal seperti jenis
varietas, cara pengolahan dan komposisi kimia. WHO merekomendasikan konsumsi
makanan dengan indeks glikemik rendah untuk membantu meningkatkan pengendalian
kada gula dalam darah, namun dengan tetap memperhatikan jumlah karbohidrat yang
dikonsumsi. Pengendalian gula darah akan lebih bermakna manakala mengkonsumsi
beras dengan indeks glikemik rendah.
Terdapat pilihan jenis varietas
dengan IG rendah baik tekstur nasi pulen maupun pera. Masyarakat dapat memilih
sesuai dengan preferensi masing-masing. Beberapa jenis varietas padi memiliki yang
IG kurang dari 55 antara lain: Inpari 13 (IG45-pulen), Inpari 1 (IG50,4-pulen),
situ patenggang (IG53,7-pulen), HIPA7 (IG49-pulen), Inpari 12 (IG53-pera), Cisokan (IG34 -pera), Ciujung (IG48-pera), Batang
Lembang (IG54-pera), logawa (IG49-pera), martapura (IG50 -pera), margasari
(IG39 -pera), inpara 4 (IG50,9 -pera).
Diantara varietas dengan kadar IG
rendah tersebut, terdapat varietas dengan umur sangat genjah, misalnya Inpari 12
(99 HSS) dan inpari 13 (99 HSS). Kedua varietas ini digunakan petani dalam
rangka optimalisasi peningkatan indeks pertanaman. Dengan umur tanaman dibawah
90 hari setelah tanam, areal persawahan dapat dioptimalkan pemanfaatannya
hingga IP400. Dengan penggunaan varietas Inpari 12 dan Inpari 13 sebagai
varietas umur sangat genjah, diharapkan model IP400 bisa dimanfaatkan dalam
rangka pencegahan diabetes melitus. Rachmat-PMHP Ahli Madya (Diolah dari
berbagai sumber).