Kebijakan dan Program Pengembangan Sorgum di Indonesia
Selain beras, sumber makanan pokok yang dikenal di Indonesia selama ini cukup beragam. Mulai dari jagung, sagu, sampai ubi. Selain itu, ada juga biji sorgum yang menjadi bahan pangan alternatif beras. Sorgum merupakan tanaman rumput-rumputan yang masih berkerabat dekat dengan padi dan jagung. Berkaitan dengan upaya diversifikasi pangan yang dicanangkan pemerintah Indonesia, tanaman ini menjadi serealia potensial yang dapat digunakan untuk substitusi beras dengan kandungan gizi yang tinggi. Tekanan Dunia international akibat perang Rusia – Ukraina, menahan impor gandumnya ke Indonesia salah satunya Ukraina dan India. Data terakhir BPS impor gandum tahun 2021 mencapai 11.6 juta ton. Pengembangan sorgum dalam negeri memiliki peluang mensubtitusi Impor gandum dalam negeri.
Untuk mencapai potensi pengembangan sorgum, juga diperlukan ketersedian benih unggul bersetifikat yang mencukupi. Kondisi saat ini ketersediaan benih sorgum rata-rata kelas Benih Penjenis (BS), sehingga diperlukan penangkar benih untuk diturunkan menjadi Benih Dasar (BD), Benih Pokok (BP) dan Benih Sebar (BR). Hal ini yang mendorong pemerintah Indonesia untuk membuat skenario untuk memenuhi kebutuhan benih pengembangan sorgum tahun 2023.
Sesuai dengan Roadmap Sorgum 2022-2024, sasaran utama tanaman sorgum ini adalah sebagai Food (makanan), Feed (pakan ternak), dan Fuel (bioetanol). Pada tahun 2022, dialokasikan pertanaman sorgum seluas 15.000 ha, namunterjadi Automatic Adjusment (AA) sehingga alokasi dirubah hanya menjadi 4.600 ha. Untuk tahun 2023 mendatang, pemerintah sudah melakukan pengajuan alokasi seluas 100.000 ha melalui ABT 2023 dan Reguler seluas 15.000 ha.
Dalam pelaksanaannya, budidaya sorgum ini masih terhalang beberapa kendala dan permasalahan yang perlu dijadikan perhatian. Kendala dan permasalahan yang paling mendasar adalah ketersediaan benih sumber dan bersertifikat yang masih terbatas. Belum banyak pertanaman sorgum di Indonesia. Kendala lainnya adalah pengendalian OPT dan Pascapanen benh sorgum yang belum optimal, pendampingan dan pembinaan oleh petugas yang belum intensif, serta belum adanya rekomendasi varietas yang dibutuhkan off-taker.
Dengan adanya kendala dan permasalahan yang ditemukan, solusi dan rekomendasi kegiatan yang dikeluarkan pemerintah adalah perlu untuk menangkarkan benih sorgum di wilayah masing-masing sehingga kebutuhan benih dapat dicukupi secara insitu, diperlukan koordinasi dengan BPTPH dan BPSB setempat untuk mengendalikan OPT Burung dan penanganan pascapanen benih, diperlukan koordinasi antara penyuluh dengan BPSDMP dan BPSB setempat untuk lebih intens dalam pelatihan pengembangan budidaya sorgum dan pembenihan sorgum, diperlukan sosialisasi dengan Dinas Kabupaten, Gapoktan atau poktan di wilayahnya. Bersama dengan BPTP dan BPSB setempat melakukan bimtek, dan adanya pengumpulan data rekomendasi mengenai varietas yang dibutuhkan oleh off-taker sorgum.
Oleh Indra Rochmadi, M.Si (PMHP Ahli Madya, Ditjen Tanaman Pangan)