Food Estate Sorgum di Pulau Sumba
Pasca wabah Covid 19, kondisi perekonomian khususnya pangan di semua negara masih dalam pemulihan, tak terkecuali Indonesia. Kondisi ini pun semakin berat diwujudkan karena kemelut perang Rusia dan Ukraina hingga kini belum menemukan titik damai sehingga berdampak pada penyediaan pangan di berbagai negara, khususnya komoditas gandum. Ekonomi dan pangan pun mendapat ancaman nyata ke depannya, dunia mengalami cuaca ekstrim.
Hal ini membuka peluang sorgum untuk menjadi alternatif pangan local sebagai susbtitusi gandum. Sebagai tindak lanjut dari kunjungan Presiden RI ke Sumba Timur pada 2 Juni 2022, untuk melakukan penananaman bibit dan meninjau panen sorgum di Kabupaten Sumba Timur, NTT. Pengembangan sorgum di Indonesia bukanlah hal sulit. Pasalnya, tanaman serealia ini mampu tumbuh secara baik pada lahan-lahan marginal, dimana jenis tanaman pangan lainnya tidak bisa tumbuh secara optimal. Di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan atau mendapat genangan banjir, tanaman sorgum masih dapat diusahakan.
Oleh karena itu, Pulau Sumba akan dijadikan food estate sebagai sentra sorgum. Saat ini bantuan saprodi di Sumba timur hanya 247 ha sehingga estimasi produksi sekitar 741 ton. Pulau sumba di tahun 2023 direncakan pertanaman seluas 25.000 ha, yang terbagi di 4 kabupaten di pulau sumba. Perencanaan food estate sorgum akan terintegrasi dari hulu hingga hilir dengan off-taker PT. Sumba Multi Agriculture di Sumba Timur.
Beberapa keunggulan Pulau Sumba sebagai food estate sorgum antara lain. 1) Potensi lahan untuk pengembangan sorgum masih luas. 2) Sudah ada off-taker berkapasitas industry di Pulau Sumba. 3) Adanya dukungan pemerintah NTT yang mendorong tiap Kabupaten bertanam sorgum. 4) Masyarakatnya sudah familiar bertani sorgum dan mengolah sorgum.
Oleh Indra Rochmadi, M.Si (PMHP Ahli Madya, Ditjen Tanaman Pangan)