MENYIASATI PRODUKSI PANGAN MENGHADAPI MELEMAHNYA LA NINA
Pengaruh La Nina yang telah berlangsung sejak
periode tahun 2022 terus berlanjut di awal tahun 2023. Curah hujan dengan
frekuensi dan intensitas menengah hingga tinggi selama periode Januari dan
Februari 2023 membawa pengaruh terhadap kegiatan budidaya pertanian. Pada satu
sisi kebutuhan air tanaman dapat dipenuhi dengan tersedianya air yang melimpah.
Namun, dampak yang ditimbulkan dari curah hujan tersebut juga cukup besar. Di
beberapa wilayah, curah hujan yang tinggi mengakibatkan terjadinya banjir dan
tanah longsor dan meningkatkan intensitas serangan hama dan penyakit tanaman.
Hal ini menyebabkan rusaknya pertanaman dan areal pertanian sehingga membawa
akibat menurunnya produksi bahkan dapat menyebakan potensi kegagalan panen.
Diperkirakan curah hujan yang menengah
hingga tinggi masih berlangsung di hampir seluruh wilayah Indonesia hingga
April 2023. Namun melewati April 2023, terjadi pelemahan La Nina yang ditandai
dengan menurunnya intensitas curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Dan
mendekati periode Juni dan Juli 2023 mayoritas wilayah Indonesia diprediksi akan
mengalami curah hujan yang rendah.
Upaya mendorong produksi pangan pada
tahun 2023 menjadi sebuah tantangan. Antisipasi terhadap kondisi iklim dalam
upaya mendorong produksi pangan diperlukan dengan petani sebagai ujung tombak
di lapangan. Pemantauan terhadap kondisi iklim dan cuaca menjadi salah satu
komponen keberhasilan kegiatan budidaya pertanian. Pengamatan terhadap iklim
akan menentukan jenis komoditas dan varietas yang digunakan, teknologi usaha
tani yang dikembangkan, pola tanam, antisipasi terhadap serangan hama dan
penyakit tanaman dan input sarana produksi.
Kemampuan mitigasi dan adaptasi dalam
menghadapi iklim yang akan terjadi menjadi modal ujung tombak dalam mendorong produksi pangan. Produktivitas,
adaptasi dan mitigasi merupakan tiga pilar dalam kegiatan budidaya pertanian
menghadapi resiko iklim. Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang
utuh. Cekaman iklim yang terjadi tidak lantas menjadikan produksi pangan
menurun, namun menjadi sebuah usaha
Mitigasi adalah upaya untuk
mengurangi resiko yang ditimbulkan dari kondisi iklim yang terjadi. Beberapa
upaya mitigasi terhadap resiko iklim antara lain:
1.
Mengakses
sistem informasi yang dapat diakses terkait prediksi hujan dan potensi bencana
hidrometeorologis.
2.
Menggunakan
sistem informasi kalender tanam terpadu yang dikeluarkan Balitbangtan sebagai
alat bantu dan rujukan informasi tentang: prediksi awal musim, prediksi awal
tanam, info rekomendasi pemupukan, info rekomendasi varietas yang sesuai,
prediksi iklim, prediksi kekeringan agronomis, bencana musiman dan endemik di
lahan sawah (banjir, kekeringan dan OPT).
3.
Mengoptimalkan
pemanfaatan infrastruktur panen air hujan yang tepat untuk menangkap air hujan
sebanyak-banyaknya, seperti: embung baik besar dan kecil, dam parit, long
storage, dan sumur dangkal sebagai upaya menghadapi minimnya ketersediaan
air.
4.
Penggunaan
teknologi pemanenan hujan yang lebih efektif dan efisien untuk ketersediaan air
di musim kemarau.
5.
Pengembangan
varietas tanaman yang tahan hama dan penyakit dan cekaman iklim seperti
perubahan suhu, kelembaban udara dan presipitasi.
Sedangkan adaptasi merupakan
upaya mengatasi keterpaparan petani terhadap resiko iklim jangka pendek
sekaligus memperkuat ketahanan mereka dalam membangun kapasitas menghadapi
resiko iklim jangka panjang. Dalam upaya adaptasi terhadap resiko iklim,
beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:
1.
Menerapkan
varietas benih yang adaptif dengan kondisi iklim seperti memiliki ketahanan
terhadap cekaman genangan, kekeringan dan salinitas.
2.
Mendorong
upaya percepatan tanam sebelum memasuki periode curah hujan yang rendah.
3.
Menyesuaikan
waktu dan pola tanam sesuai kondisi iklim
4.
Melaksanakan
pengendalian hama terpadu
Usaha mendorong produksi pangan dalam
menyiasati resiko iklim memerlukan sinergitas antara sektor-sektor terkait baik
sektor pemerintahan, swasta dan petani. Dan peran partisipatif petani merupakan
kunci utama guna mendorong produksi pangan sebagai pelaku utama aktivitas
budidaya pertanian khususnya komoditas tanaman pangan.
(Penulis: Fitrah
Gunadi/Fungsional PMHP Direktorat Serealia)