Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu,
Jakarta Selatan 12520,
Provinsi DKI Jakarta

(021) 7824 669

ID EN
Logo

Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan

7

MENYIASATI PRODUKSI PANGAN MENGHADAPI MELEMAHNYA LA NINA

 

Pengaruh La Nina yang telah berlangsung sejak periode tahun 2022 terus berlanjut di awal tahun 2023. Curah hujan dengan frekuensi dan intensitas menengah hingga tinggi selama periode Januari dan Februari 2023 membawa pengaruh terhadap kegiatan budidaya pertanian. Pada satu sisi kebutuhan air tanaman dapat dipenuhi dengan tersedianya air yang melimpah. Namun, dampak yang ditimbulkan dari curah hujan tersebut juga cukup besar. Di beberapa wilayah, curah hujan yang tinggi mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah longsor dan meningkatkan intensitas serangan hama dan penyakit tanaman. Hal ini menyebabkan rusaknya pertanaman dan areal pertanian sehingga membawa akibat menurunnya produksi bahkan dapat menyebakan potensi kegagalan panen.

Diperkirakan curah hujan yang menengah hingga tinggi masih berlangsung di hampir seluruh wilayah Indonesia hingga April 2023. Namun melewati April 2023, terjadi pelemahan La Nina yang ditandai dengan menurunnya intensitas curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Dan mendekati periode Juni dan Juli 2023 mayoritas wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan yang rendah.

Upaya mendorong produksi pangan pada tahun 2023 menjadi sebuah tantangan. Antisipasi terhadap kondisi iklim dalam upaya mendorong produksi pangan diperlukan dengan petani sebagai ujung tombak di lapangan. Pemantauan terhadap kondisi iklim dan cuaca menjadi salah satu komponen keberhasilan kegiatan budidaya pertanian. Pengamatan terhadap iklim akan menentukan jenis komoditas dan varietas yang digunakan, teknologi usaha tani yang dikembangkan, pola tanam, antisipasi terhadap serangan hama dan penyakit tanaman dan input sarana produksi.

Kemampuan mitigasi dan adaptasi dalam menghadapi iklim yang akan terjadi menjadi modal  ujung tombak dalam mendorong produksi pangan. Produktivitas, adaptasi dan mitigasi merupakan tiga pilar dalam kegiatan budidaya pertanian menghadapi resiko iklim. Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. Cekaman iklim yang terjadi tidak lantas menjadikan produksi pangan menurun, namun menjadi sebuah usaha

Mitigasi adalah upaya untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan dari kondisi iklim yang terjadi. Beberapa upaya mitigasi terhadap resiko iklim antara lain:

1.   Mengakses sistem informasi yang dapat diakses terkait prediksi hujan dan potensi bencana hidrometeorologis.

2.   Menggunakan sistem informasi kalender tanam terpadu yang dikeluarkan Balitbangtan sebagai alat bantu dan rujukan informasi tentang: prediksi awal musim, prediksi awal tanam, info rekomendasi pemupukan, info rekomendasi varietas yang sesuai, prediksi iklim, prediksi kekeringan agronomis, bencana musiman dan endemik di lahan sawah (banjir, kekeringan dan OPT).

3.   Mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur panen air hujan yang tepat untuk menangkap air hujan sebanyak-banyaknya, seperti: embung baik besar dan kecil, dam parit, long storage, dan sumur dangkal sebagai upaya menghadapi minimnya ketersediaan air.

4.   Penggunaan teknologi pemanenan hujan yang lebih efektif dan efisien untuk ketersediaan air di musim kemarau.

5.   Pengembangan varietas tanaman yang tahan hama dan penyakit dan cekaman iklim seperti perubahan suhu, kelembaban udara dan presipitasi.

Sedangkan adaptasi merupakan upaya mengatasi keterpaparan petani terhadap resiko iklim jangka pendek sekaligus memperkuat ketahanan mereka dalam membangun kapasitas menghadapi resiko iklim jangka panjang. Dalam upaya adaptasi terhadap resiko iklim, beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:

1.   Menerapkan varietas benih yang adaptif dengan kondisi iklim seperti memiliki ketahanan terhadap cekaman genangan, kekeringan dan salinitas.

2.   Mendorong upaya percepatan tanam sebelum memasuki periode curah hujan yang rendah.

3.   Menyesuaikan waktu dan pola tanam sesuai kondisi iklim

4.   Melaksanakan pengendalian hama terpadu

Usaha mendorong produksi pangan dalam menyiasati resiko iklim memerlukan sinergitas antara sektor-sektor terkait baik sektor pemerintahan, swasta dan petani. Dan peran partisipatif petani merupakan kunci utama guna mendorong produksi pangan sebagai pelaku utama aktivitas budidaya pertanian khususnya komoditas tanaman pangan.

 

(Penulis: Fitrah Gunadi/Fungsional PMHP Direktorat Serealia)

WhatsApp


Email


Jam Pelayanan

Hari Kerja
08:00 s/d 16:00