SUKSES PPDPI DI SUMATERA BARAT : PANEN NAIK HINGGA 2 KALI LIPAT
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan menjawab tantangan dampak perubahan iklim di pertanaman pangan dengan
kegiatan Penerapan Penanganan Dampak
Perubahan Iklim (PPDPI). Program ini merupakan program pemberdayaan petani
dalam menerapkan upaya penanganan DPI (Banjir/Kekeringan) di lahan usaha taninya
melalui teknologi adaptasi yang spesifik lokasi. Pada Tahun 2020, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
mengalokasikan 550 Ha yang
tersebar di 22 provinsi
di seluruh Indonesia. Salah satu
provinsi yang mendapatkan “berkah” program PPDPI adalah Provinsi Sumatera Barat yang mendapatkan 2 unit yaitu di Poktan Nusa Indah, Kec. Luak, Ds. Sungai Kamuyang,
Kab. Lima Puluh Kota dan Poktan Fajar Baru I, Kec. Lima Kaum, Ds. Parambahan,
Kab. Tanah Datar. Hingga saat ini, keberlanjutan program PPDPI masih terjaga
dan dikelola dengan baik.
Dengan adanya program PPDPI lahan
poktan yang sebelumnya sering gagal tanam karena akses air yang sulit, saat ini
terjadi peningkatan produktivitas yang signifikan, “Dahulu lahan kami sulit
untuk mendapatkan air karena akses dari hulu sangat susah. Tetapi alhamdulillah dengan adanya program PPDPI ini,
yang semula kami hanya 1 kali tanam
saat ini bisa 3-4 kali tanam
dengan pola tanam padi-padi-palawija” terang Ketua Poktan Nusa Indah, Elnida.
Demi menjaga keberlanjutan program PPDPI, poktan Nusa Indah
berinistiatif untuk menambah unit pompa yang dibangun dengan dana swadaya, “Kami
sadar bantuan ini hanya stimulus saja, maka kami berinisiatif untuk melakukan
swadaya dengan membeli 1 unit pompa hasil
swadaya, sehingga total saat ini kami memiliki 5 pompa air, dimana 4 pompa air murni dari kegiatan PPDPI” jelas Elnida. Lebih
lanjut, saat ini kelompok tani sedang mengajukan proposal kepada Wali Nagari
(read- Kepala Desa) untuk penambahan pompa menggunakan dana desa. Menariknya,
Wali Nagari ingin menduplikasi kegiatan tersebut di beberapa titik kelompok
tani lain.
Lahan sawah di poktan tersebut
sebelumnya termasuk dalam kategori lahan rawan kekeringan pada Musim Kemarau.
Dengan dibuatnya sumur, maka kekurangan air di areal tersebut dapat diatasi
sehingga berpeluang meningkatkan produktivitas dan IP. “Dulu, bahkan kami tidak bisa menanam padi karena akses air sangat
sulit, tetapi saat ini kami sudah memproduksi padi dan hasil panen sekitar 8
ton/Ha, meningkat 2 kali lipat dari sebelumnya” terang Elnida. Dalam
keterangannya, untuk biaya listrik kelompok tani akan bergotong-royong dengan
beberapa kelompok tani di sekitarnya yang ikut memanfaatkan air dari pompa
kegiatan PPDPI.
Sementara itu, dihubungi secara
terpisah Direktur Perlindungan Tanaman Pangan menyampaikan bahwa dengan program
PPDPI, para petani dapat menaikkan produktivitas lahannya karena terbukanya
akses air di lahan masing-masing, “Program PPDPI ini merupakan salah satu
program andalan kami dalam penanangan damapak perubahan iklim. Fokus dari
kegiatan ini adalah peningkatan kapasitas pengetahuan petani dalam adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim. ” jelas Takdir Mulyadi.
Sejalan dengan Direktur Jenderal
Tanaman Pangan, Suwandi yang mengungkapkan bahwa dalam mengantisipasi dampak
iklim ekstrem maka dibutuhkan program yang tepat dan solutif, “Sektor pertanian
adalah sektor yang paling rawan terkena dampak iklim ekstrem. Petani lah yang
tahu permasalahan di lahannya masing-masing, melalui program PPDPI maka petani
dapat mengidentifikasi masalahnya dan mencari teknologi adaptif spesifik
lokasi” jelas Suwandi. Program PPDPI turut berkontribusi dalam program indeks
pertanian OPIP dengan meningkatkan produksi dan produktivitas lahan ‘’Dengan
pemilihan teknologi adaptasi spesifik lokasi sesuai dengan permasalahan lahan,
maka petani dapat panen lebih dari 3-4 kali setahun. Ketika petani berdaya,
maka negara jaya” jelas Suwandi
Hal ini selaras dengan komando dari
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo untuk terus mendorong program penerapan
program adaptasi perubahan iklim di berbagai daerah guna mendukung kesuksesan
program OPIP, “Tingkatkan luas tanam, jaga produksi dan hasil akhirnya
ketahanan pangan. Kita harus berani untuk menyukseskan amanat UUD untuk
kedaulatan pangan, mari seluruh stakeholder pertanian kerja keras dan kerja
cerdas. Bertani itu hebat” seru SYL.
(Kontributor : Roscha Amellia, S.Si)