Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu,
Jakarta Selatan 12520,
Provinsi DKI Jakarta

(021) 7824 669

ID EN
Logo

Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan

7

PENELITI ITB: BIOSAKA BERDAMPAK PADA PRODUKSI DAN HEMAT BIAYA

Elisitor Biosaka saat ini telah menjadi fenomena tersendiri di. Inovasi yang lahir dari petani saat ini berkembang sangat pesat dan menjadi komoditas viral dikalangan petani kita. Dengan bahan dasar pembuat yang mudah di dapat dari rerumputan dan dedaunan disekitar kita, elisitor Biosaka dengan cepat menjadi inovasi yang menyebar dari satu petani ke petani lainnya. 

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terus mendorong pemanfaatan Biosaka sebagai Elisitor untuk meningkatkan performa tanaman sehingga mampu berproduksi lebih baik, dan tentu saja dengan biaya produksi yang lebih murah. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Dr. Suwandi menyampaikan bahwa Elisitor Biosaka sangat terbuka untuk pengujian-pengujian empiris, namun fakta di lapangan yang dirasakan petani setelah memanfaatkan biosaka tentu tidak dapat dikesampingkan. ”Ribuan petani sudah merasakan manfaatnyakatanya. Beberapa pengujian atau penelitian telah dilakukan untuk membuktikan pengaruh biosaka pada pertumbuhan tanaman. Salah satunya yang dilakukan oleh mahasiswa ITB Azkia Fathimah dan Azkia Magnalena yang meneliti bagaimana pengaruh elisitor biosaka pada tanaman melon di Kabupaten Biltar di bawah bimbingan Prof. Robert Manurung.

Pada kegiatan Focus Group Discussion (15/6) yang dihadiri oleh Direktur Serelia, Direktur Perbenihan, Dekan Fakultas Pertanian UNS Prof. Samhudi, Prof. Pantjar Simatupang, Prof. Hasil Sembiring, Prof. Bustanul Arifin, Prof. Rachmat Pambudy, Prof. Aris Purwanto, Prof. Rizaldi Boer, Prof Satriyas Ilyas, Dr. Syarkawi Rauf dan Ir. Entang Sastraatmadja di Bogor. Prof Robert Manurung menjelaskan bagaimana Elisitor Biosaka berpengaruh nyata pada pengukuran parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter buah, umur panen, berat buah, susut bobot buah dibandingkan tanpa perlakuan biosaka. ”Ini membuktikan bahwa elisitor Biosaka memberikan respon positif terhadap pertumbuhan tanaman dalam merespon lingkungan” katanya, ”Dengan biosaka hasil bobot panen lebih tinggi, selain itu penggunaan biosaka menurunkan biaya produksi dengan mengurangi input eksternal (pupuk, pestisida sintetik)” tambahnya. 

Pada kesempatan yang sama Prof. Hasil Sembiring menyatakan penelitian yang dilakukan ITB menjadi tambahan informasi yang bagus tentang Biosaka. ”kajian-kajian terukur tentang biosaka harus diperbanyak, sehingga bisa dibahas dan diuji hasilnya” imbuhnya. Sementara itu Prof. Pantjar menyatakan ”memahami biosaka harus dilakukan dengan pendekatan yang berbeda, kepercayaan petani penting dan harus dibina, tapi penelitian mendalam akan bisa menilai secara objektif” katanya. ”Jangan sampai biosaka menjadi seperti fenomena sesaat saja, kalo bagus akan terus digunakan” tambahnya.

Selain itu, pada pertemuan yang sama dibahas pula tentang langkah-langkah menghadapi El-Nino 2023. Prof. Rizaldi Boer menyatakan bahwa Fenomena El-Nino saat ini sudah terjadi dan akan meningkatkan ancaman kekeringan sangat tinggi di periode bulan Juni - Oktober pada wilayah sentra produksi padi. Namun dengan memperhatikan fenomena ENSO dan IOD saat ini, siklus El Nino akan melemah mulai bulan November dan akan kembali normal pada bulan Desember (CCROM, 2023). Direktur Serealia, Moh. Ismail Wahab menjelaskan ” Mitigasi wilayah rawan kekeringan pada periode Juni-Oktober 2023 dilakukan dengan mendorong percepatan tanam, penggunaan varietas super genjah dan toleran kekeringan, memastikan ketersediaan air melalui pompanisasi, embung dan biostorage” katanya. Kementan juga mendorong agar wilayah sawah di lahan rawa dapat segera ditanami. ”Saat El Nino biasanya muka air rawa cenderung menurun, sehingga akan bisa ditanami padi” imbuhnya.


(Devied Apriyanto, Pengawas Mutu Hasil Pertanian Muda, Ditjen Tanaman Pangan)




WhatsApp


Email


Jam Pelayanan

Hari Kerja
08:00 s/d 16:00