Petani Subang Siap Panen melalui Kegiatan PPDPI di Tengah Ancaman El Nino
Musim Kemarau (MK) 2023 saat ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana wilayah Indonesia telah mengalami Tripple Dip La Nina (2020 s.d. 2022) didominasi hujan sepanjang tahun. Sejak pertengahan tahun 2023, kondisi iklim global termasuk Indonesia, dipengaruhi El Nino Lemah hingga Moderat pada yang puncaknya Agustus - September 2023. Oleh karena itu, pada MK 2023 menjadi semakin kering berdampak meningkatnya ancaman kekeringan pada pertanaman pangan.
Musim Kemarau umumnya tidak ada hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, pada periode ini masalah kekeringan di areal lahan pertanian sering menjadi sorotan. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (Ditlin TP) konsisten menyiapkan upaya strategi antisipasi dan adaptasi pengamanan produksi pangan termasuk dari dampak perubahan iklim seperti kekeringan. Kegiatan Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI) merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap tahun, terbukti mampu menyelesaikan permasalahan petani akibat dampak perubahan iklim (DPI). Dr. Yudi Sastro, S.P., M.P selaku Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan menyampaikan bahwa Kegiatan PPDPI merupakan salah satu program unggulan Ditlin TP mengatasi permasalahan DPI termasuk kekeringan. Selanjutnya, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Dr. Ir. Suwandi, M.Si, menegaskan bahwa di tengah ancaman El Nino saat ini, harus terus produktif melakukan pengamanan dan pencapaian target produksi pangan.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan Tunas Harapan) yang berada di Desa Cikaum Barat, Kecamatan Cikaum, Kabupaten Subang menjadi salah satu penerima bantuan Kegiatan PPDPI TA. 2023. Lahan yang dimiliki petani Gapoktan Tunas Harapan merupakan lahan tadah hujan, selama ini bertanam hanya mengandalkan air hujan. Menurut Ketua Gapoktan, Rahmin, biasanya pada musim kemarau, lahan menjadi bera jika tidak ada hujan, “Khawatir terancam kekeringan”, ungkap Rahmin. Namun, di tengah El Nino pada MK 2023, Rahmin dan juga anggota lainnya dapat bertanam padi dengan sumber air yang diperoleh dari titik sumur sebanyak 5 titik pada luasan 10 ha.
Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Pangan dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan & Hortikultura (BPTPH Jawa Barat), Dudang M Ridwan, SP, sangat berterima kasih kepada Ditlin TP atas bantuan sumur suntik melalui Kegiatan PPDPI. “Alhamdulillah, bisa berkesempatan memantau pemanfaatan sumur suntik di Gapoktan Tunas Harapan”, ujar Dudang. “Dengan adanya sumur suntik mampu mengairi lahan seluas 60 ha. Sementara lahan petani yang tidak dapat terairi sumur mengalami kekeringan tidak bisa ditanami padi”, lanjur Dudang.
Penerima bantuan dari Pusat (Ditlin TP) tentu saja tidak sembarangan, penentuan lokasi berdasarkan data laporan DPI yang disampaikan Petugas POPT ke Ditlin TP secara berjenjang menjadi sumber acuan. Sebagaimana pernyataan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, "Karena itu, Saya mengajak para bupati gubernur dan semua elemen pemerintah daerah untuk terus mengawal dan mendukung program pertanian dengan menggunakan data yang sama”. Dengan demikian, ada benang merah yang bisa diambil mengatasi permasalahan DPI yang dialami petani di lapangan. Hal ini menjadi perhatian dan membutuhkan solusi bersama dari berbagai pihak baik di pusat maupun daerah.
Kontributor : Novi Muhani, SP dan Abriani Fensionita, SP, MSi