KESIAPAN KABUPATEN INDRAMAYU MENGHADAPI EL NINO
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa pada Bulan Agustus – September berpeluang terjadi El Nino di Indonesia dengan level lemah hingga moderat. Fenomena El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan yang parah untuk wilayah Indonesia dan berdampak pada Sektor Pertanian khususnya Subsektor Tanaman Pangan. Kabupaten Indramayu sebagai salah satu kabupaten sentra produksi padi juga mulai merasakan dampak terjadinya El Nino saat ini.
Kepala Satuan Pelayanan Wilayah 3 Indramayu, Tatung Hidayatullah menjelaskan bahwa beberapa kecamatan di wilayah Indramayu mulai mengalami penurunan debit air di lahan pertanian mereka. “Sebagian lahan sawah terutama yang relatif jauh dari saluran irigasi tersier terancam kekeringan”, ujar Tatung. Untuk mengatasi masalah tersebut Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (Ditlin) bersama-sama dengan petugas lapangan dan petani setempat melaksanakan Gerakan Penanganan DPI (Gernang) dengan melakukan pompanisasi dan normalisasi saluran air pada Kelompok Tani Berkah Tani, Desa Jangga, Kecamatan Losarang. Hadir pada kegiatan Gerakan Penanganan DPI tersebut Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Indramayu, Camat Losarang, Kepala Desa Jangga, Kepala Satpel Wilayah 3, Koordinator POPT Kabupaten Indramayu, kepala BPP Losarang dan POPT Losarang.
Pada kegiatan tersebut, Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Sugeng Heryanto menyampaikan bahwa luas lahan sawah di Kabupaten Indramayu 125.000 hektar. Saat ini seluas 115.000 hektar sudah ditanami dan seluas 20.000 hektar tanaman padi mulai dipanen pada Bulan Agustus. Lahan yang belum ditanami kurang lebih 10% dari luas lahan seluruhnya. Kabupaten Indramayu telah melakukan upaya antisipasi dan adaptasi terhadap dampak terjadinya El Nino. “Upaya yang dilakukan antara lain mendorong petani menanam padi genjah, koordinasi dengan Dinas PUPR untuk irigasi dengan menentukan jadwal gilir giring di bawah koordinasi camat. Kami juga mendukung Gerakan Nasional Percepatan Tanam yang akan dilaksanakan di Kecamatan Gantar dan Haurgeulis pada rentang Bulan Agustus – September dengan luas kurang lebih 600 hektar”, jelas Sugeng.
Dihubungi secara terpisah, Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Yudi Sastro menyampaikan bahwa salah satu strategi budidaya tanaman di musim kemarau melalui upaya adaptasi yaitu dengan penyesuaian pola tanam (memilih komoditas pangan lokal, benih adaptif dan berumur genjah), strategi budidaya hemat air dan konservasi air seperti pembuatan kolam penampung air. “Upaya adaptasi dalam menghadapi kekeringan dilakukan sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah”, tandas Yudi.
Lebih lanjut, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menjelaskan bahwa upaya penanganan dampak perubahan iklim seperti banjir dan kekeringan ini tidak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah dan petani saja tapi juga harus mendapatkan partisipasi aktif dari seluruh warga masyarakat agar penanganannya menjadi lebih efisien dan efektif. “Upaya penanganan kekeringan juga perlu dibarengi dengan upaya-upaya mitigasi dan upaya adaptasi terhadap dampak perubahan iklim serta perbaikan ekosistem” pungkas Suwandi.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan pada Musim Kemarau (MK) 2023 yang disertai fenomena El Nino ini, perlu dilakukan berbagai upaya. “Sebagai langkah awal dalam menghadapi El Nino masing-masing provinsi diharapkan dapat melakukan upaya antisipasi dan adaptasi menghadapi kemungkinan terjadinya kekeringan ekstrim”, tegas Syahrul Yasin Limpo.
(Kontributor: Dr. Andriarti Kusumawardani, SP., MP dan Abriani Fensionita, S.P., M.Si.