Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu,
Jakarta Selatan 12520,
Provinsi DKI Jakarta

(021) 7824 669

ID EN
Logo

Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan

7

MENGENAL NEMATODA PURU AKAR Meloidogyne graminicola Golden & Birchfiels PADA TANAMAN PADI

Di Indonesia, laporan pertama adanya serangan nematoda puru akar Meloidogyne graminicola pada tanaman padi di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1993 (Erlan, 1993) dengan rata-rata infeksi dibeberapa kabupaten Yogyakarta mencapai 80%. Kultivar yang dilaporkan terserang nematoda puru akar adalah Cisadane, Ciliwung, Wayseputih. IR 36, IR 50, IR 64, Rajalele dan Merning.  Selanjutnya Mulyadi (1994) melaporkan adanya serangan nematoda puru akar M. graminicola dengan rata-rata populasi yang cukup tinggi yaitu 3.548 ekor/g akar padi, bahkan di daerah tertentu populasinya lebih tinggi dari 5.000 ekor/g akar padi.  Populasi M graminicola 4.000 ekor/ tanaman padi dapat mengakibatkan kerusakan sebesar 72% (Bridge dan Page., 1982).  

Pengaruh populasi M. graminicola terhadap pertumbuhan dan hasil padi di Indonesia dilaporkan oleh Mulyadi (1997).  Populasi awal juvenil 2 per ml tanah tidak mempengaruhi perkecambahan benih, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil padi.  Persentase kematian bibit pada 30 hari setelah sebar meningkat seiring peningkatan populasi juvenil 2 per ml tanah, dengan kematian bibit tertinggi pada populasi 16 ekor j2/ ml tanah sebesar 70%.  Demikian pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit padi.  Populasi j2/ml tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan dan berat tajuk.  Tanaman yang diinokulasi dengan j2 8 dan 16 ekor/ml tanah, bibit tampak kerdil dan klorosis.  Penurunan hasil padi tertinggi terjadi pada perlakuan 16 ekor/ml tanah yaitu 38.45% dibandingkan kontrol.  Berdasarkan beberapa hasil penelitian pengaruh M. graminicola terhadap pertumbuhan dan hasil panen padi, menunjukkan bahwa nematoda puru akar M. graminicola dapat menyebabkan kehilangan hasil yang signifikan terutama pada kultivar rentan.  


Morfologi dan Bioekologi

Secara morfologi, M. graminicola memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil yang sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop.  Perubahan morfologis yang terjadi dalam satu siklus hidup Meloidogyne spp. yaitu bentuk telur, juvenil dan dewasa (jantan serta betina).  Telur-telur nematoda diletakkan di dalam massa telur yang terdapat di luar tubuh nematoda betina dan disekresikan oleh sel-sel kelenjar rektum.  Telur umumnya berwarna putih, berbentuk lonjong.  Nematoda betina dapat menghasilkan telur sebanyak 300 sampai 400 telur (Dropkin 1991).   Nematoda betina berbentuk seperti buah alpukat dan  bersifat menetap (sedentary) dalam akar tanaman inang.  Nematoda jantan berbentuk vermiform, aktif bergerak namun tidak bersifat parasit pada tanaman.  

Siklus hidup Meloidogyne graminicola sangat bervariasi pada lingkungan yang berbeda, mulai dari siklus hidup yang singkat hanya 15 hari pada suhu 27 – 37 ?C (Jaiswal & Sing, 2010), hingga siklus hidup yang panjang hingga 51 hari di beberapa daerah di India (Rao & Israel 1973).  Siklus hidup lengkap M. graminicola terdiri atas 4 siklus, yaitu juvenil  1 (di dalam telur), juvenil  2, juvenil  3, dan juvenil  4 yang kemudian akan berubah menjadi fase dewasa. Stadia juvenil 1 terbentuk setelah terjadinya proses embriogenesis yang kemudian terjadi pergantian kulit di dalam telur. Juvenil 2 merupakan stadia infektif, bergerak di dalam tanah menuju ujung akar tanaman dan melakukan penetrasi ke dalam jaringan akar tanaman.  Setelah penetrasi, juvenil 2 akan bergerak di dalam jaringan akar tanaman dan membuat giant cell (puru).  

 




Gejala Pada Tanaman Padi

Gejala umum tanaman padi yang terinfeksi Meloidogyne graminicola tidak dapat tumbuh secara optimal sehingga terlihat berbeda dengan tanaman sehat, daun menguning, pertumbuhan tanaman terhambat, dan terdapat puru pada akar (Dutta et al. 2012).  Terbentuknya puru akar disebabkan oleh adanya pembesaran dan pembelahan sel yang berlebihan pada jaringan perisikel dan juga terjadi perubahan bentuk pada jaringan pembuluh.  Puru yang terbentuk pada bagian ujung akar tanaman padi biasanya membentuk seperti pengait (hook).  Tanaman yang terinfeksi berat dapat mengakibatkan sistem perakaran mengalami disfungsi secara total (adanya pengurangan jumlah akar) sehingga tanaman mudah dicabut terutama pada kondisi tidak tergenang oleh air (kering).  Tanaman yang telah memasuki fase terbentuknya malai dan pengisian bulir, menunjukkan pengisian bulir terhambat dan jumlah malai yang terbentuk lebih sedikit dibandingkan tanaman disekitarnya


 


Status dan Persebarannya di Indonesia

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina, M. graminicola termasuk dalam jenis OPTK A2, yaitu organisme pengganggu tumbuhan karantina yang sudah terdapat di sebagian wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Keberadaan M. graminicola dapat diketahui berdasarkan beberapa hasil penelitian  terkait deteksi dan identifikasi dengan penyebaran Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, Papua, Papua Barat.  Di Jawa Barat dilaporkan oleh Nurjayadi et.al. (2019) meliputi wilayah Bogor, Sukabumi dan Cirebon.  Di Bali dilaporkan oleh Singarsa dan Adnyana (2017)  meliputi Kabupaten Tabanan dengan intensitas serangan 59.82%, (populasi rata-rata 10.205 J2/10 g tanah), Kabupaten Klungkung 45,11%, (populasi juvenil  rata-rata 5.828 j2/10 g tanah) dan Kabupaten Gianyar dengan intensitas serangan 14.25%.  Di Jawa Timur teridentifikasi di Kabupaten Malang (Akuntatio., 2018) dan di Sulawesi Selatan terutama di sentra tanaman padi yaitu Wajo dilaporkan oleh Mirzam dan Kurniawati (2018).  Di Papua Barat dilaporkan oleh Tuminem dan Kellen (diseminarkan pada seminar Nasional PFI 2020).  

(Kontributor : Dr. Tuminem, S.P., M.Si. )



DAFTAR PUSTAKA

[CABI] Central for Agriculture and Bioscience International. 2020. Crop Protection Compendium. Wallingford (US): CAB International.

Erlan, Supratoyo, Mulyadi, dan C. Netscher. 1993. Penyebaran dan Patogenisitas Nematoda Puru Akar Padi (Meloidogyne graminicola) di D.I. BPPS-UGM 6 (4B): 439–452.

Jaiswal, I.R.K., K.P. Singh, dan R.K. Mishra. 2011. A Technique for the Detection of Soil Infestation with Rice Root-knot Nematode, Meloidogyne graminicola at Farmer’s Field. Academic Journal Plant Science 4: 110–113

Mirsam. H dan Kurniawati. F. 2018. Laporan Pertama di Sulawesi Selatan: Karakter Morfologi dan Molekuler Nematoda Puru Akar yang Berasosiasi dengan akar padi di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan

Nurjayadi, M.Y., A. Munif, dan G. Suastika. 2015. Identifikasi Nematoda Puru Akar, Meloidogyne graminicola, pada Tanaman Padi di Jawa Barat. Jurnal Fitopatologi Indonesia 11: 113–120.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31/PERMENTAN/KR.010/7/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/PERMENTAN/OT.140/12/2011 Tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina.

Singarsa D.P. dan Adnyana M.  (2017)  Type and Population nematode parasitic rice in Rgency of Tabanan, Gianyar, Klungkung and Karangasem.  Internasional Conference on Bioscience and Biotechnology (8th ICBB 2017), Denpasar, Bali, INDONESIA, 14–15 September 2017.


WhatsApp


Email


Jam Pelayanan

Hari Kerja
08:00 s/d 16:00