Antisipasi Krisis Pangan Global
Krisis pangan adalah kondisi kelangkaan pangan yang dialami sebagian besar masyarakat di suatu wilayah yang disebabkan oleh, antara lain, kesulitan distribusi pangan, dampak perubahan lingkungan iklim, bencana alam dan lingkungan, dan konflik sosial, termasuk akibat perang. FAO menjelaskan bahwa krisis pangan merupakan kondisi ketika bahaya pangan akut dan malnutrisi menjaring meningkat tajam. Dampaknya mulai dari skala nasional hingga pada tingkat internasional.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Program Pangan Dunia (WFP) mengeluarkan peringatan keras kepada berbagai penyebab krisis pangan yang membayangi banyak negara. Melansir fao.org, FAO dan WFP menyatakan kelaparan akut akan terjadi di 20 titik panas.
Penyebab terjadinya krisis pangan
1) pandemic covod-19 yang belum berakhir dan varian baru covid-19
2) perubahan iklim pelambatan produksi pangan
3) perang Rusia – Ukraina yang berdampak pada perdagangan dunia
- berkurangnya pasokan energi dunia karena Rusia pemain utama dalam suplay minyak dan gas dan Ukraina berperan sebagai jalur distribusi gas dari Rusia ke Eropa
- Rusia dan Ukraina merupakan pemasok utama bahan pangan global seperti bunga matahari, barley, gandum dan jagung
- Rusia berkontribusi pada 23,4% pasokan pupuk global, input produksi pertanian
Akibatnya akan terjadi penurunan produksi, kenaikan harga pangan, kenaikan biaya produksi, gangguan distribusi pangan dan restriksi ekspor negara lain
Misalnya, untuk negara berkembang seperti Asia dan Afrika, beberapa bahan baku kualitasnya akan memburuk ketika musim panas. Melansir fao.org, FAO dan WFP menyatakan kelaparan akut akan terjadi di 20 titik panas.Hal ini menyebabkan barang yang tersedia sedikit. Dengan persediaan makanan yang kurang, maka harga pangan melambung tinggi yang bisa menandai awal krisis pangan
Ada 107 negara terdampak krisis, sebagian di antaranya diperkirakan jatuh bangkrut. Diperkirakan 553 juta jiwa terancam kemiskinan ekstrem, dan 345 juta jiwa terancam kekurangan pangan hingga kelaparan,"
Indonesia termasuk negara yang berhasil mengendalikan pandemi COVID-19, termasuk lima besar negara dengan vaksinasi terbanyak di dunia, dengan 432 juta dosis vaksin yang telah disuntikkan.
Laju inflasi di Indonesia juga berhasil dikendalikan pada kisaran 4,9%. Angka itu, di bawah rata-rata inflasi negara-negara ASEAN yang berada pada kisaran 7% dan di bawah inflasi negara- negara maju yang berada pada kisaran 9%.
Indonesia berhasil mencapai swasembada beras pada periode 2019 – 2021. dan mendapat penghargaan dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (International Rice Research Institution/IRRI).
Program Kerja Kementerian Pertanian dalam menghadapi krisis pangan global dengan memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan berkualitas & berkeadilan sebagai prioritas nasional (PN 1) yang terbagi dalam 2 program prioritas (PP), yaitu:
1. Peningkatan Ketersediaan, Akses dan Kualitas Konsumsi Pangan
2. Peningkatan Nilai Tambah Lapangan Kerja dan Investasi di Sektor Riil, dan Industrialisasi
Program Prioritas Kementerian Pertanian dilaksanakan dalam 5 program, sebagai berikut:
1. Program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas (Program Spesifik)
2. Program Nilai Tambah dan Daya Saing Industri (Program Lintas K/L)
3. Program Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Program Lintas K/L)
4. Program Pendidikan dan Pelatihan Vokasi (Program Lintas K/L)
5. Program Dukungan Manajemen (Program Lintas K/L)
Pembangunan Pertanian Mendukung Ketahanan Pangan dan Peningkatan Daya Saing Berkelanjutan terdiri dari 5 strategi, yakni:
1. Peningkatan kapasitas produksi melalui pengembangan lahan rawa dan perluasan areal tanam baru (PATB)
2. Diversifikasi pangan local melalui Pengembangan Diversifikasi Pangan Lokal berbasis kearifan lokal yang fokus pada satu komoditas utama dan Pemanfaatan pangan lokal secara masif
3. Penguatan cadangan dan system logistic pangan melalui penguatan Cadangan Beras Pemerintah Provinsi (CBPP). Kabupaten/Kota (CBPK) dan Pengembangan LPM dan LPM Berbasis Desa (LPMDes)
4. Pengembangan pertanian modern melalui pengembangan smart farming, screen house, food estate, korporasi petani dan startup/petani milenial
5. Gerakan tiga kali eksport (Gratieks) melalui meningkatkan volume ekspor, menambah ragam komoditas ekspor dan mitra dagang luar negeri serta mendorong pertumbuhan eksportir baru
Sumber:
1. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis. 2022. Kebijakan Kemandirian Pangan Menghadapi Krisis Global. 3 Agustus 2022. Pertemuan Kebijakan Penyerapan Produk Dalam Negeri Melalui Kemitraan. Hotel Pullman Jakarta
2. Menteri Pertanian RI. 2022. Antisipasi Krisis Pangan Dunia. 3 Agustus 2022. Pertemuan Kebijakan Penyerapan Produk Dalam Negeri Melalui Kemitraan. Hotel Pullman Jakarta.
3. https://betahita.id/news/lipsus/5348/pbb-dunia-berada-di-ambang-krisis-pangan-terburuk-dalam-50-tahun.
Yuliarmi, SP, M.Si Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Madya, Direktorat Serealia