MENGENALKAN BAHAN ALAMI BIOSAKA, DI KAWASAN FOOD ESTATE SUMBA TENGAH
Kita sering mendengar dan menyaksikan di berbagai platform media sosial tentang keberhasilan petani di Blitar menggunakan cairan bahan alami biosaka. Prof Dr. Robert Manurung Dosen ITB menyatakan bahwa biosaka ini sebagai elicitor, dimana elicitor ini dapat merangsang sel-sel pada tanaman sehingga dapat tumbuh dengan baik. Petani di Kecamatan Mamboro Kabupaten Sumba Tengah yang merupakan bagian dari kawasan food estate, ikut tertarik untuk mencoba teknologi mudah dan murah ini dan dapat dibuat sendiri oleh petani. Diberbagai kesempatan Suwandi Direktur Jenderal Tanaman Pangan mendorong petani untuk terus berinovasi dengan terobosan-terobosan baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Menjawab tantangan Direktur Jenderal Tanaman Pangan tersebut pada kesempatan Bimbingan Teknis Produksi Benih Padi di Kecamatan Mamboro, Sumba Tengah pada tanggal 25 Agustus 2022, Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan memberikan materi tentang pembuatan bahan alami biosaka. Dalam bimtek tersebut, Suharyanto Koordinator Informasi dan Jaringan Laboratorium Balai Besar PPMBTPH mengenalkan bahan alami biosaka. Bahan alami biosaka ini merupakan ekstrak hasil remasan berbagai macam tanaman sehat yang tumbuh di sekitar areal pertanaman yang sudah pasti mampu beradaptasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya.
Lebih lanjut Suharyanto, menjelaskan bahwa pemanfaatan bahan alami biosaka terdapat tiga tahap penting yang harus diperhatikan, pertama pemilihan bahan yang tepat yaitu memanfaatkan berbagai macam dedaunan atau rerumputan yang kondisinya sehat, artinya tidak terlihat adanya lubang-lubang atau bercak-bercak yang menunjukkan bekas gigitan serangga atau serangan HPT, kedua proses pembuatan yaitu dengan meremas (tidak menghancurkan) dedaunan atau rerumputan di dalam air sampai tercampur secara homogen (tidak mengendap, tidak berubah warna menjadi bening dan tidak mengeluarkan gas meskipun disimpan dalam waktu yang lama), dan yang ketiga adalah aplikasi di lapangan dengan penyemprotan pada waktu dan cara yang tepat, seperti penyemprotan dengan pengabutan dan tidak disemprotkan secara langsung ke tanaman, tegasnya.
Bahan alami biosaka ini meskipun baru pertama kali dikenalkan pada petani di Kecamatan Mamboro, sudah menimbulkan ketertarikan dan rasa penasaran bagi peserta bimtek. Peserta sangat antusias dalam mengikuti praktek bahan alami biosaka, lima orang peserta mempraktekkan peremasan biosaka bersama narasumber secara langsung. Ternyata tidak sulit membuat biosaka tetapi perlu kesabaran pada saat meremas ungkap Umbu Sina ketua kelompok tani Ngadu Somba yang merupakan salah satu peserta praktek. Dari lima orang yang ikut praktek 2 orang yang berhasil membuat biosaka, kemudian biosaka tersebut dibagi ke peserta bimtek untuk diujicobakan di lahannya masing-masing.
Meskipun belum semua peserta berhasil membuat larutan biosaka, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi, pada kesempatan terpisah menyampaikan apresiasi untuk semangat petani di Kecamatan Mamboro dalam mencoba inovasi baru. Inovasi-inovasi sederhana yang berasal dari petani biasanya lebih mudah diterapkan untuk petani juga, untuk itu dalam rangka mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern sesuai semboyan Menteri Pertanian, maka pemerintah mendukung penerapan hasil inovasi tersebut, salah satunya biosaka ini agar dimasifkan sosialisasinya diberbagai wilayah, pungkasnya.
Kontributor: Suharyanto dan Dina (Pengawas Benih Tanaman Madya)