PGPR SEBAGAI SOLUSI MAHALNYA PUPUK NON SUBSIDI
Saat ini harga pupuk non subsidi di kalangan petani sangat tinggi. Tingginya harga pupuk tersebut dipengaruhi oleh tingginya harga bahan-bahan kimia di tingkat internasional. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif yang dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik di kalangan petani. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan pupuk hayati. Pupuk hayati yang dapat digunakan yaitu PGPR. PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) adalah mikroba tanah yang berada di sekitar akar tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam memacu pertumbuhan serta perkembangan tanaman (Muneesdan Mulugeta, 2014).
IPB Digitani (2016), PGPR dapat berperan sebagai bio-fertilizer (pupuk hayati) karena kemampuannya untuk mentransformasi sumber nutrien (hara) yang ada di alam atau pupuk sintetik yang diaplikasikan menjadi mudah tersedia dan terserap oleh perakaran tanaman melalui enzim atau senyawa lainnya yang dihasilkan oleh bakteri tersebut. Beberapa kemampuan PGPR sebagai pupuk hayati diantaranya: memfiksasi N dan melarutkan fosfat (P) sehingga tersedia bagi tanaman. Beberapa PGPR mampu menghasilkan senyawa siderofor yang dapat mengikat unsur besi (Fe3+) ketika jumlahnya terbatas (misal karena pH >7) dan dialihkan ke tanaman. Karena kemampuan menghasilkan siderofor tersebut, PGPR juga akan menghambat perkembangan mikroba patogenik tanaman yang juga memerlukan unsur besi (Fe3+).
Selain sebagai pupuk hayati PGPR juga dapat berperan sebagai Bio-stimulant karena mampu menghasilkan hormon tumbuhan seperti auxin, giberellin dan sitokinin, sebagai pelarut fosfat dan fiksasi nitrogen (Van Loon, 2007). Selain itu menurut Rahni (2012), PGPR dapat memproduksi fitohormon yaitu IAA, sitokinin, giberelin, etilen dan asam absisat, dimana IAA merupakan bentuk aktif dari hormon auksin yang dijumpai pada tanaman dan berperan meningkatkan kualitas dan hasil panen. Fungsi hormon IAA bagi tanaman antara lain meningkatkan perkembangan sel, merangsang pembentukan akar baru, memacu pertumbuhan, merangsang pembungaan dan meningkatkan aktivitas enzim.
Saharan dan Nehra (2011) menyebutkan bahwa Pemberian PGPR pada tanaman mampu menggantikan pupuk kimia, pestisida dan hormon yang dapat digunakan dalam pertumbuhan tanaman sehingga dapat meningkatkan tinggi tanaman, panjang akar dan berat kering tanaman. Semakin banyak jumlah PGPR yang diaplikasikan maka pertumbuhan tanaman akan lebih baik karena bakteri-bakteri yang terkandung dalam PGPR mampu melakukan fungsinya untuk menghasilkan fitohormon yang berguna untuk menginduksi pertumbuhan.
Anton (2017) menyatakan, salah satu perusahaan yang telah merasakan manfaat PGPR adalah perkebunan nanas Great Giant Pineapple. Sebelum menerapkan PGPR, produksi nanas di perusahaan tersebut terus turun dari tahun ke tahun. Produksi yang tadinya 100 ton menyusut sampai titik terendah. Sesudah menerapkan PGPR ini ada perubahan, produksi terus naik kini menjadi 80 ton.
Selain dapat dijadikan pengganti pupuk non subsidi di tingkat petani, PGPR ini juga mendukung terwujudnya pertanian berkelanjutan karena penggunaannya dapat menekan dampak negatif bagi lingkungan.
Referensi :
Anton.2017.https://lipi.go.id/berita/lipi-dan-masyarakat-asian-pgpr-dorong-petani-beralih-ke-pupuk-organik-hayati/18641
IPB Digitani (2016), https://cybex.ipb.ac.id/index.php/artikel/detail/komoditas/381
Munees,A. and Mulugeta,K. 2014. Mechanism and applications of plant growth promoting rhizobacteria. Journal of King Saud University-Science 26 (1): 1-20
Rahni, N.M .2012. Efek Fitohormon PGPR Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays). J Agribisnis dan Pengembangan Wilayah.3(2):27-35.
Saharan, B.S. dan V. Nehra. 2011. Plant Growth Promoting Rhizobacteria: A Critical Review. LSMR 21 (1):1 -30.
Van Loon LC. 2007. Plant responses to plant growth-promotingrhizobacteria. Eur J Plant Pathol 119:243-254
Penulis :
1. Annisa Istiqamah
2. Adillah Nazir