SEMANGAT MEMBARA PRODUKSI BENIH SORGUM, SIAP MENDUKUNG PENGEMBANGAN SORGUM 2023
Pengembangan tanaman pangan di era
Menteri Pertanian SYL tidak hanya sekedar pajale, tetapi menjadi PAJALEGONG, padi-jagung-kedelai-sorgum-singkong. Bahkan Bapak Presiden RI secara khusus
menyoroti sorgum sebagai bahan subtitusi gandum, dimana gandum hingga saat ini
masih menggantungkan pada impor. "Bapak
Presiden minta dibuatkan roadmap pengembangan sorgum sampai tahun 2024. Di situ
di tahun 2023 disiapkan lahan 115 ribu ha dan tahun 2024 itu 154 ribu ha,"
kata Airlangga usai rapat terbatas di Kantor Presiden, pada Agustus 2022 lalu.
Untuk melaksanakan arahan tersebut,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menindaklanjuti dengan memprogramkan
pengembangan budidaya sorgum seluas 15 ribu hektar pada tahun 2022, 115 ribu
hektar dan 150 ribu hektar berturut-turut pada tahun 2023 dan 2024. Dengan adanya peningkatan target luas tanam,
maka kebutuhan benih juga semakin banyak, sehingga harus disiapkan sebelum
jadwal tanam tiba.
Untuk menghasilkan benih yang
bermutu tinggi dalam jumlah yang cukup, diawali dengan penyediaan benih sumber
dan tersedianya produsen benih sorgum yang kompeten dan memiliki kapabilitas
yang memadai. Untuk tujuan tersebut,
Direktorat Perbenihan menyelenggarakan Bimbingan Teknis Produksi dan
Sertifikasi Benih Sorgum di Maros, Sulawesi Selatan pada 11 hingga 14 Oktober
2022. Bimbingan teknis dihadiri oleh
perwakilan Balai Benih dan Pengawas Benih Tanaman dari 7 provinsi sasaran tanam
sorgum. “Produksi dan sertifikasi
diangkat menjadi topik bimtek karena Kami melihat tanpa teknik produksi yang
baik dan benar, sehebat apapun pengawasan mutu benih, maka tidak akan
dihasilkan benih bermutu dalam jumlah yang cukup” demikian penjelasan Catur
Setiawan mewakili Direktur Perbenihan Tanaman Pangan dalam pembukaan bimtek. Bimtek ini diselenggarakan dalam rangka
pelaksaanaan kerjasama produksi benih sumber sorgum antara Direktorat
Perbenihan dengan Dinas Pertanian provinsi dalam menyiapkan benih untuk
budidaya tahun 2023 dan 2024.
Narasumber adalah para peneliti yang
sekarang bergabung ke BRIN dan Kepala Balitsereal Maros sekaligus sebagai tuan
rumah untuk praktek pemeriksaan pertanaman dan processing benih sorgum.
Dalam bimtek ini disampaikan materi tentang tata cara produksi benih sorgum
meliputi pilihan varietas sesuai dengan sifat-sifat, syarat lahan, teknik
roguing, penentuan waktu panen, cara pengeringan dan sortasi benih serta
pengemasan benih.
Salah satu hal menarik yang sejak
awal ditunggu peserta adalah cara penanganan hama burung. Dr. Ramlah Arief
memberikan trik untuk mengelabui burung adalah dengan membungkus malai, menggunakan
lokasi lahan yang berbeda untuk setiap tanam sehingga tidak dikenali oleh
burung dan tanam bersamaan dengan jadwal tanam padi untuk memecah minat burung.
M. Amin, peserta dari NTB mengusulkan penggunaan drone untuk mendeteksi dan
mengusir burung.
Untuk menghasilkan benih dengan
vigor tinggi, narasumber menyarankan panen dilakukan sekitar 3 hari setelah
masak fisiologis, pengeringan dilakukan dua kali untuk menurunkan kadar air
secara perlahan menggunakan blower dan panas dengan suhu tidak lebih dari 40oC. Penurunan kadar air yang terlalu cepat dapat
mengakibatkan kerusakan pada embrio benih. Pengeringan dengan sinar matahari
dilakukan selama 3 hari dengan membolak-balik benih.
Produsen benih dan Pengawas Benih
Tanaman harus sama-sama memahami teknis produksi dan regulasi perbenihan. Sinergi antara produksi yang baik dan benar
dan adanya pengawasan mutu akan memberikan jaminan benih bersertifikat yang
dihasilkan memuaskan konsumen benih. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi
dalam salah satu kesempatan menyampaikan bahwa jaminan mutu benih melalui
sertifikasi benih harus menjadi faktor pendukung pelaksanaan program
pengembangan budidaya komoditas tanaman pangan, untuk itu pembinaan produsen
dan pengawasan mutu benih harus dilakukan secara terus menerus.
Selesai bimtek ini, peserta pulang
dengan membawa benih sumber sorgum untuk ditanam menjadi benih bersertifikat
dan selanjutnya dikembangkan di provinsi masing-masing.
Kontributor: Dina