Metode Hazton pada Dua Tipologi Lahan dalam Peningkatan Produksi Padi
Berbagai program peningkatan produksi padi telah dilakukan sejak 1966 seperti BIMAS, INMAS, INSUS, SUPRAINSUS, dan P2BN. Selain itu Balitbangtan juga telah mengkaji terap program SLPTT dan SRI. Semua program tersebut telah mendukung upaya peningkatan produktivitas padi nasional.
Peningkatan produktivitas padi telah dicanangkan oleh pemerintah untuk peningkatan produksi dengan target capaian tertentu. Program ini harus ditindaklanjuti oleh segala pihak termasuk pemerintah daerah. Kondisi nyata yang terjadi di lapang saat ini, peningkatan produksi seolah telah mendekati kemampuan maksimum tanaman.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka diperlukan manipulasi teknik budidaya padi dalam rangka mendongkrak produksi dalam jangka panjang. Beberapa teknik budidaya padi telah dikenal secara meluas oleh petani, antara lain teknologi PTT, SRI maupun sistem organik.
Budidaya padi model PTT pada prinsipnya memadukan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang/sinergis guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi usahatani. Kemajuan teknologi seperti perakitan varietas baru, Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL), peningkatan monitoring hama/penyakit, dan penggunaan bahan organik yang disertai dengan penerapan beberapa komponen teknologi yang saling menunjang, terbukti dapat meningkatkan hasil rata-rata hingga 19% pada tahun 2002-2003 di 28 kabupaten, serta mampu meningkatkan pendapatan petani hingga 15%.
Salah satu metode budidaya padi yang dikembangkan oleh pemerintah daerah adalah teknologi Hazton. Metode ini menekankan kepada penanaman bibit tua (27-30 HSS) dan ditanam dalam jumlah 20-30 bibit/lubang. Pada tahun 2011-2012 telah dilakukan penelitian pada skala pot dan rumah kaca, dimana perlakuan diujikan adalah jumlah bibit per lubang tanam dan umur bibit.
Metode dengan nama Hazton mulai dikenalkan pada tahun 2013 dan diuji secara luas dianataranya di Desa Peniraman, Kabupaten Sambas (25 ha); Matang Segantar Kabupaten Sambas (30 ha); Keranji, Kabupaten Pontianak (6 ha); dan Semparuk, Kabupaten Sambas (4 ha) dengan produksi antara 8 – 10 ton/ha.
Penelitian validasi metode Hazton dilaksanakan di kebun percobaan (KP) Muara dan KP Sukamandi pada MT 2014-2015. KP Muara mewakili wilayah pertanaman padi pada kisaran ketinggian 200 – 300 m DPL. dan KP Sukamandi mewakili wilayah Pantai Utara (Pantura).
Varietas yang digunakan adalah Inpari 31 merupakan varietas unggul Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang mempunyai karakteristik umur 115 HSS mempunyai potensi hasil 8.5 t/ha dan agak tahan terhadap wereng batang coklat (WBC).
Bahan yang dipergunakan pada penelitian ini meliputi saprodi berupa benih padi, pupuk organik dan organik, pestisida kimia dan biopestisida, sedangkan bahan yang dipergunakan di laboratorium meliputi bahan kimia dan teknis sesuai dengan penetapannya. Peralatan yang dipergunakan yakni traktor, cangkul, alat penyemprot pestisida, dan peralatan analisa di laboratorium. Beberapa bahan pendukung yang digunakan pada metode Hazton antara lain DECOPRIMA, BaktoPlus, dan Bt Plus.