Identifikasi faktor – faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan ulat grayak pada tanaman padi
Salah satu hambatan produktivitas pada lahan sawah irigasi adalah serangan hama dan penyakit utama. Serangan hama utama seperti penggerek batang, wereng, dan tikus sering menyebabkan kerugian secara ekonomi. Salah satu spesies hama padi potensial yang sering mengalami eksplosi adalah ulat grayak. Serangannya yang tiba-tiba dalam jumlah besar dapat menggagalkan hasil panen. Hama potensial seperti ulat grayak, Mythimna separata (Lepidoptera, Noctuidae) yang serangannya mendadak dan dalam jumlah besar, juga sering menyebabkan puso ( Kartohardjono, A. dan Arifin, M. 2004). Luas serangan ulat gayak pada tahun 1990 mencapai areal 20.890 ha (Direktorat Bina Perlintan, 1994).
Ulat grayak dikenal dengan nama latin Leucania spp dan Spodoptera spp. Ulat "grayak" ini menyerang tanaman padi pada semua stadia. Serangan terjadi pada malam hari dan siang harinya, larva ulat "grayak" bersembunyi pada pangkal tanaman, dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi.(Siti Nurjanah, 2010).
Pada tanaman yang telah membentuk malai, ulat "grayak" kadang-kadang memotong tangkai malai, bahkan ulat "grayak" ini juga menyerang padi yang sudah mulai menguning . Batang padi yang mulai menguning itu membusuk dan mati yang akhirnya menyebabkan kegagalan panen.
Serangga ini didapatkan pada pertanaman padi. Walaupun demikian, serangga ini juga menyerang jagung, tebu, sayuran crucifera dan spesies Graminae. Ulat yang kecil makan daun-daun padi yang berumur muda, yang untuk pertama kali dengan menggigit permukaan daun. Setelah ulat-ulat tumbuh besar, maka mereka menjadi sangat rakus dan menghancurkan seluruh tanaman dalam waktu yang relative singkat, sebelum berpindah ke daerah lain. (Edo el Frado. 2010)
.
.
.
.
Pada tahun 1980 di beberapa daerah di Jawa Barat dilaporkan terjadi serangan ulat grayak pada padi mengakibatkan puso di daerah Bekasi dan jagung di daerah Bogor, sedangkan di daerah Kuningan, Tasikmalaya, dan Subang, serangannya relatif ringan. Tahun 1987, 2006, 2007 di provinsi Banten, tahun 1990 di Kuningan dan Tasikmalaya dan masih banyak daerah yang melaporkan tanaman padi terserang ulat grayak, diantaranya : Nusa Tenggara Barat (2010), Wonogiri (2010), Indramayu (2009), Baritokuala (2009), dan lain-lain.
Terjadinya serangan di beberapa daerah tersebut secara tiba-tiba tanpa diketahui populasi awal. Hal tersebut akibat tingkat pengetahuan tentang ulat grayak pada padi masih sangat terbatas, baik itu tentang bioekologi, habitat, perilaku, siklus hidup dan factor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, sehingga tidak tidak diketahui waktu yang tepat dalam upaya pengendaliannya.
.
.
.
.
Data pengamatan di analisis dengan statistik multivariat factorial. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan ulat grayak adalah pengairan petak, keadaan lingkungan, kontur, sistem pengairan. Faktor – faktor tersebut berkorelasi positif, berarti semakin tinggi skor dari masing-masing faktor, semakin tinggi pengaruhnya terhadap perkembangan ulat grayak. Faktor-faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap perkembangan ulat grayak adalah keadaan perairan petak yang kering, keadaan lingkungan yang kompleks, cucurah dan tadah hujan.
Ulat grayak yang menyerang tanaman padi di daerah kajian adalah Spodoptera exempta dan Spodoptera mauritia. Populasi ulat grayak tertinggi ditemukan pada padi fase generatif (pembentukan malai dan masak susu) dengan kondisi larva pada kondisi instar tua dan pra pupa. Vegetasi yang diduga menjadi inang perantara adalah jenis rumput-rumputan.
Laporan akhir pengembangan teknologi pengamatan Identifikasi faktor – faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan ulat grayak pada tanaman padi dapat didownload disini!
catatan :permintaan password dengan mengirimkan email ke
[email protected] cc [email protected]
dengan mencantumkan nama, instansi dan keperluan dokumen