Ketahanan Pangan dan Keamanan Pangan Indonesia*
Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat dewasa ini memberikan tantangan besar bagi upaya-upaya penyediaan pangan dunia. Ancaman krisis pangan membayang-bayangi dunia pada tahun 2050. Badan pangan dunia, FAO, memperkirakan akan terjadi kelangkaan pangan dunia pada tahun 2050 disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dunia yang diprediksi akan menembus angka 9 miliar jiwa. Begitu pula dengan kondisi di dalam negeri, angka pertumbuhan penduduk yang menembus angka 200 juta menimbulkan masalah tersendiri dalam pemenuhan kebutuhan pangan, jika tidak ada upaya yang baik dan optimal maka bukan tidak mungkin wabah krisis pangan bisa juga terjadi di Indonesia.
Upaya-upaya pemenuhan kebutuhan pangan sudah dilakukan oleh pemerintah maupun individu. Dimulai dengan usaha revolusi hijau, digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia, terutama produksi beras. Kemudian dilanjutkan dengan revolusi biru dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia dalam hal pangan terutama kebutuhan protein yang berasal dari hayati laut jenis hewan maupun protista. Selain kedua usaha di atas, upaya terus dilakukan, Pencarian bibit unggul yang merupakan salah satu upaya meningkatkan produksi pertanian, dengan teknologi rekayasa genetika. Semua upaya di atas dilakukan dalam rangka untuk mewujudkan ketahanan pangan yang melingkupi lima konsep utama, yaitu:
- Ketersediaan Pangan (food availability) : yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan.
- Akses pangan (food access) : yaitu kemampuan semua rumah tangga dan individu dengan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan yang cukup untuk kebutuhan gizinya. Akses rumah tangga dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial.
- Penyerapan pangan (food utilization) yaitu penggunaan pangan untuk kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air dan kesehatan lingkungan.
- Stabilitas pangan (food stability) merupakan dimensi waktu dari ketahanan pangan yang terbagi dalam kerawanan pangan kronis (chronic food insecurity) dan kerawanan pangan sementara (transitory food insecurity).
- Status gizi (Nutritional status) adalah outcome ketahanan pangan yang merupakan cerminan dari kualitas hidup seseorang. Umumnya satus gizi ini diukur dengan angka harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematian bayi.
Keberhasilan produksi produk pertanian (food availibility) ditopang oleh beberapa faktor utama. Faktor tersebut dibedakan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang keduanya saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri petani dan lahan yang menjadi tempat usaha sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar petani yang sifatnya berbeda-beda bagi setiap petani.
- Faktor Internal
Faktor internal bisa juga diartikan sebagai sifat alami petani/lahan yang keberadaanya menjiwai petani dalam melakukan usahanya. Ada beberapa hal yang menjadi faktor internal antara lain :
- Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)
Faktor kompetensi SDM yang dimiliki setiap petani berbeda-beda antara satu sama yang lain. Jika dilihat dari jenjang pendidikannya rata-rata petani lulusan SD bahkan banyak yang tidak sekolah. Mereka bertani dengan pola yang sudah mereka kenal dari nenek moyang. Walaupun telah banyak sistem pertanian yang lebih maju dan modern seperti di negara tetangga tapi bagi petani di Indonesia mereka masih enggan untuk beralih pada sistem yang telah terbukti bisa meningkatkan produktivitasnya.
- Kepemilikan lahan
Kepemililkan lahan pertanian sangat mempengaruhi keberhasilan dalam usaha pertanian. Dengan lahan yang luas seorang petani bisa menanam berbagai macam tanaman pangan, kacang-kacangan, sayuran. Selain itu petani bisa melakukan penelian/uji coba sistem baru pada lahannya.
- Kesuburan tanah
Kualitas tanah di Indonesia secara mayoritas adalah subur sehingga ini menjadi potensi baik untuk usaha sektor pertanian.
- Faktor Eksternal
- Iklim/cuaca
Sebagai negara tropis Indonesia adalah negara yang paling cocok untuk usaha pertanian, hampir semua jenis tanaman di bumi dapat ditanam di Indonesia. Faktor iklim/cuaca ini memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan berhasil dan tidaknya usaha pertanian.
- Sarana Transportasi dan Komunikasi
Tersediannya sarana transportasi tentunya menjadi faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah usaha tani. Dengan sarana transportasi yang lancar maka petani tidak mengalami kesulitan dalam mengangkut saprodi, alat pertanian dll, begitu pula saat menyalurkan hasil panen ke wilayah tujuan. Selain itu tersedianya sarana kumunikasi juga berperan serta dalam menentukan keberhasilan usaha tani. Dengan sarana tersebut para petani dapat bertukar pendapat, berbagi pengalaman, pengenalan sistem baru yang lebih efektif dan efisien dll sehingga secara tidak langsung sarana komunikasi dapat meningkatkan SDM para petani.
- Pupuk dan Pestisida
Sejak revolusi hijau hingga sekarang ketergantungan petani terhadap pupuk dan pestisida kian meningkat. Walaupun efeknya kurang baik namun ketersediaannya sangat menentukan keberhasilan usaha tani. Tersedianya kebutuhan pupuk setiap saat mempermudah petani dalam memelihara tanamannya. Produktifitas juga terkait dengan seberapa baik kita dapat menahan laju organisme pengganggu tumbuhan dan itu erat kaitannya dengan penggunaan pestisida jika terjadi serangan.
- Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam menentukan Harga Pokok Penjualan (HPP) gabah dan komuditas pertanian lainnya haruslah lebih tinggi dengan total biaya yang dikeluarkan petani dalam memproduksinya, sehingga petani bisa merasakan keuntungan dari usahanya. Selain itu pemberian subsidi pupuk yang tepat juga merupakan tugas pemerintah dalam membangun pertanian.
Produksi pangan (produk pertanian) erat kaitannya dengan pengendalian hama, dan pengendalian hama akan banyak pengaruhnya dalam kontaminasi produk pangan yang tidak hanya menurunkan nilai pangan tersebut, tapi dapat juga berdampak pada kualitas dan keamanan produk pangan. Sehingga ketercapaian food availibility harus dibarengi dengan kesadaran kemanan pangan. Untuk memproduksi produk pertanian yang aman untuk dikonsumsi, idealnya tidak lagi menggunakan pestisida kimia, namun target-target produksi pertanian akhirnya tetap menuntut penggunaannya, sehingga tetap saja pestisida kimia tetap digunakan namun penggunaannya harus benar sehingga meminimalisir dampak terhadap keamanan pangan.
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pestisida agar tepat sasaran :
- Kenali hama dan penyakit
Diagnosa hama dan penyakit perlu dilakukan, hal ini untuk menentukan jenis dan bahan aktif pestisida kimia, sebab masing-masing hama dan penyakit memiliki karakter dan cara penanganan yang berbeda pula. Akan lebih baik menggunakan pestisida yang memiliki spektrum sempit dan menyasar hama yang khusus sehingga memiliki efektifitas yang tinggi.
- Kenali bahan aktif
Pengetahuan tentang bahan aktif mutlak diperlukan, setiap jenis bahan aktif memiliki efek terhadap hama penyakit yang berbeda-beda. Masing-masing jenis bahan aktif digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang berbeda.
- Gunakan pestisida secara bergantian
Penggunaan pestisida dengan satu jenis bahan aktif secara terus menerus dapat menyebabkan sifat resistan/kebal. Gunakan pestisida dengan bahan aktif yang berbeda secara bergantian. Baik itu bahan aktifnya maupun cara kerjanya.
- Bacalah petunjuk penggunaan
Di setiap kemasan produk pestisida tertera petunjuk-petunjuk tertentu, di antaranya kandungan bahan aktif, dosis penggunaan, waktu aplikasi dan hama penyakit sasaran. Patuhi semua aturan dan petunjuk penggunaannya dan jangan coba-coba untuk membuat aturan sendiri. Penggunaan pestisisida yang tidak sesuai aturan dapat menimbulkan efek negatif, baik bagi lingkungan maupun bagi kita sendiri.
- Gunakan dosis yang tepat
Dosis penggunaan sudah tertera pada kemasan pestisida yang kita gunakan, dosis dan aturan tersebut sudah seharusnya kita patuhi. Jangan sekali-kali mengurangi atau melebihi dosis anjuran. Penggunaan dosis yang kurang tidak akan membunuh hama sasaran malah dapt meningkatkan resistensi hama penyakit tersebut. Dan dosis yang melebihi anjuran dapat mengakibatkan tanaman keracunan, juga berbahaya bagi manusia.
- Aplikasi pada saat yang tepat
Palikasi sebaiknya dilakukan sebelum serangan hama penyakit terjadi, hal ini efektif dilakukan sebagai pencegahan. Pencegahan mampu menekan penggunaan pestisida dan menekan kerusakan akibat serangan hama penyakit.
- Waktu aplikasi yang tepat
Waktu aplikasi yang benar adalah pada waktu pagi hari sebelum matahari terik dan sore hari setelah jam 15.00. Di pagi hari hama penyakit tidak banyak bergerak sehingga efektif untuk dilakukan penyemprotan. Hindari juga aplikasi dengan penyemprotan saat cuaca mendung.
- Jangan terkecoh dengan harga murah
Perlu kejelian dan kehati-hatian dalam membeli produk pestisida, harus melihat kualitas dalam menentukan produk apa yang akan digunakan.
*ditulis oleh Mochammad Irfan Soleh, S. Si PMHP ahli muda(Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan)