Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu,
Jakarta Selatan 12520,
Provinsi DKI Jakarta

(021) 7824 669

ID EN
Logo

Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan

7

KEMENTAN SIAGA HADAPI DATANGNYA EL NINO

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis peluang terjadinya fenomena El Nino sebesar 80% dengan level lemah hingga kuat. Kondisi tersebut menyebabkan Musim Kemarau (MK) 2023 diprediksikan lebih kering dibandingkan 3 tahun terakhir. El Nino adalah sebuah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) melebihi kondisi Normalnya yang akan terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML tersebut meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah serta dapat mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Secara sederhana, El Nino bisa memicu terjadinya kondisi kekeringan yang parah untuk wilayah Indonesia secara umum.

Koordinator Substani Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim, Abriani Fensionita menyatakan, bahwa meskipun saat ini dampak El Nino masih belum dirasakan karena di beberapa daerah masih terjadi hujan, tetapi diharapkan para petani bersiap melakukan upaya antisipasi terhadap terjadinya El Nino. “Saat ini di beberapa wilayah masih terjadi hujan, jika petani akan melakukan budidaya tanaman pangan, sebaiknya menanam jenis tanaman yang berumur pendek dan toleran terhadap kekeringan” jelas Abriani.

Upaya antisipasi menghadapi MK dan El Nino 2023 yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1) percepatan tanam pada daerah-daerah yang masih turun hujan; 2) menggunakan varietas toleran kekeringan seperti Inpago 5, Inpago 8, Rindang I, Agritan, Cakrabuana, dan varietas lokasl sejenisnya, 3) meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait sistem pengairan, perbaikan drainase, penyiapan pompa air, panen air hujan, pembangunan/rehabilitasi sarana penampungan air/pengaliran air tersier; 4) mengoptimalkan sumur bor, pompa air, embung/longstorage; 5) menyiapkan benih padi Puso dan mengawal klaim AUTP; 6) waspada OPT dengan mendekatkan sarana dan bahan pengendali OPT ke wilayah endemis OPT (mengoptimalkan brigade perlindungan tanaman; 7) pemantauan intensif, peringatan dini dan inventarisasi lahan terkena kekeringan; 8) melaksanakan gerakan pengendalian OPT/penanganan kekeringan.

Dihubungi secara terpisah, Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Bambang Pamuji menyampaikan pentingnya dilakukan pemetaan wilayah potensi rawan dan terkena kekeringan serta pemetaan infrastruktur pertanian agar dapat segera dilakukan upaya antisipasinya. “Melalui pemetaan, dapat diketahui langkah-langkah strategis dalam upaya antisipasi yang perlu dilakukan oleh masing-masing provinsi dalam menghadapi kekeringan Tahun 2023”, tandas Bambang.

Lebih lanjut, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menjelaskan penanganan kekeringan akibat dampak El Nino ini tidak bisa dilakukan hanya oleh Kementerian Pertanian dan petani saja tetapi juga perlunya koordinasi dengan instansi terkait serta harus mendapatkan partisipasi aktif dari seluruh warga masyarakat. “Dibutuhkan kerjasama kolektif dan komprehensif dari pihak terkait lainnya (PUPR dan Pemda setempat), POPT, PPL dan petani sehingga penanganan dampak pasca banjir dapat diselesaikan dengan cara yang efektif dan efisien”, pungkas Suwandi.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa sehubungan dengan kejadian El Nino, pembangunan pertanian di hadapkan pada tantangan yang semakin berat. Akibat gelombang panas secara global, diprediksi menyebabkan menurunnya produksi dan ketersediaan pangan sebesar 20-30% Dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan pada Musim Tanam (MT) 2023 ini, perlu dilakukan  berbagai upaya. “Sebagai langkah awal dalam menghadapi El Nino masing-masing provinsi diharapkan dapat melakukan upaya antisipasi dan adaptasi menghadapi kemungkinan terjadinya kekeringan ekstrim”, tegas Syahrul Yasin Limpo.

 

(Kontributor: Dr. Andriarti Kusumawardani, SP., MP dan Yunita Fauziah, SP.,M.Si).

WhatsApp


Email


Jam Pelayanan

Hari Kerja
08:00 s/d 16:00