KEMENTAN SIAGA HADAPI DATANGNYA EL NINO
Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) telah merilis peluang terjadinya fenomena El Nino sebesar
80% dengan level lemah hingga kuat. Kondisi tersebut menyebabkan Musim Kemarau
(MK) 2023 diprediksikan lebih kering dibandingkan 3 tahun terakhir. El Nino
adalah sebuah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) melebihi kondisi Normalnya
yang akan terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML tersebut
meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah serta dapat
mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Secara sederhana, El Nino bisa
memicu terjadinya kondisi kekeringan yang parah untuk wilayah Indonesia secara
umum.
Koordinator Substani Penanggulangan
Dampak Perubahan Iklim, Abriani Fensionita menyatakan, bahwa meskipun saat ini
dampak El Nino masih belum dirasakan karena di beberapa daerah masih terjadi
hujan, tetapi diharapkan para petani bersiap melakukan upaya antisipasi
terhadap terjadinya El Nino. “Saat ini di beberapa wilayah masih terjadi hujan,
jika petani akan melakukan budidaya tanaman pangan, sebaiknya menanam jenis
tanaman yang berumur pendek dan toleran terhadap kekeringan” jelas Abriani.
Upaya antisipasi menghadapi MK
dan El Nino 2023 yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1) percepatan
tanam pada daerah-daerah yang masih turun hujan; 2) menggunakan varietas
toleran kekeringan seperti Inpago 5, Inpago 8, Rindang I, Agritan, Cakrabuana,
dan varietas lokasl sejenisnya, 3) meningkatkan koordinasi dengan instansi
terkait sistem pengairan, perbaikan drainase, penyiapan pompa air, panen air
hujan, pembangunan/rehabilitasi sarana penampungan air/pengaliran air tersier;
4) mengoptimalkan sumur bor, pompa air, embung/longstorage; 5) menyiapkan benih padi Puso dan mengawal klaim AUTP;
6) waspada OPT dengan mendekatkan sarana dan bahan pengendali OPT ke wilayah
endemis OPT (mengoptimalkan brigade perlindungan tanaman; 7) pemantauan
intensif, peringatan dini dan inventarisasi lahan terkena kekeringan; 8)
melaksanakan gerakan pengendalian OPT/penanganan kekeringan.
Dihubungi
secara terpisah, Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Bambang Pamuji
menyampaikan pentingnya dilakukan pemetaan wilayah potensi rawan dan terkena
kekeringan serta pemetaan infrastruktur pertanian agar dapat segera dilakukan
upaya antisipasinya. “Melalui pemetaan, dapat diketahui langkah-langkah strategis
dalam upaya antisipasi yang perlu dilakukan oleh masing-masing provinsi dalam
menghadapi kekeringan Tahun 2023”, tandas Bambang.
Lebih
lanjut, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menjelaskan penanganan kekeringan
akibat dampak El Nino ini tidak bisa dilakukan hanya oleh Kementerian Pertanian
dan petani saja tetapi juga perlunya koordinasi dengan instansi terkait serta harus
mendapatkan partisipasi aktif dari seluruh warga masyarakat. “Dibutuhkan
kerjasama kolektif dan komprehensif dari pihak terkait lainnya (PUPR dan Pemda
setempat), POPT, PPL dan petani sehingga penanganan dampak pasca banjir dapat
diselesaikan dengan cara yang efektif dan efisien”, pungkas Suwandi.
Menteri Pertanian Syahrul
Yasin Limpo menyampaikan bahwa sehubungan dengan kejadian El Nino, pembangunan
pertanian di hadapkan pada tantangan yang semakin berat. Akibat gelombang panas
secara global, diprediksi menyebabkan menurunnya produksi dan ketersediaan
pangan sebesar 20-30% Dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan pada
Musim Tanam (MT) 2023 ini, perlu dilakukan berbagai upaya. “Sebagai langkah awal dalam menghadapi
El Nino masing-masing provinsi diharapkan dapat melakukan upaya antisipasi dan adaptasi
menghadapi kemungkinan terjadinya kekeringan ekstrim”, tegas Syahrul Yasin
Limpo.
(Kontributor:
Dr. Andriarti Kusumawardani, SP., MP dan Yunita Fauziah, SP.,M.Si).