Tiga Calon Varietas Kedelai GHKK-05, GHKK-06, dan GHKK-10 Memiliki Ketahanan Terhadap Hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Tim Penilai Varietas Tanaman Pangan (TPVTP) dalam Sidang Evaluasi dan Penilaian Calon Varietas Tanaman Pangan di Bogor memberikan apresiasi kepada Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Malang yang telah menyampaikan hasil pengujian perakitan tiga calon varietas kedelai yang memiliki ketahanan terhadap hama kutu kebul yang sesuai untuk dikembangkan di Indonesia. Ketiga calon varietas kedelai tersebut yakni GHKK-05, GHKK-06 dan GHKK-10.
Beberapa tahun terakhir hama kutu kebul (Bemisia tabaci) menjadi ancaman pada budidaya kedelai terutama pada musim kemarau. Kutu kebul merupakan salah satu hama utama yang mengisap daun kedelai, sehingga menyebabkan daun mengalami klorosis atau kerusakan pembentukan klorofil. Tentu saja hal ini mengganggu proses fotosintesis dan mengurangi fotosintat untuk pengisian biji. Selama ini usaha pengendalian kutu kebul yang umum dilakukan oleh petani dengan cara menyemprotkan pestisida kimia yang dapat berdampak negatif bagi lingkungan dan merusak efisiensi agens hayati yang ada. Menurut pemulia tanaman kedelai (Dr. Muchlish Adie, M.S), salah satu alternatif teknik pengendalian hama kutu kebul yang ramah lingkungan adalah menanam varietas tahan. Berkaitan dengan hal tersebut, tim peneliti Balitkabi merancang perakitan beberapa calon varietas kedelai tahan terhadap kutu kebul.
Perakitan varietas kedelai tahan kutu kebul relatif baru dilakukan di Indonesia, walaupun di beberapa sentra produksi kedelai lainnya di dunia telah dimulai cukup lama. Pendekatan pemuliaan untuk merakit varietas kedelai tahan hama kutu kebul diawali dengan pencarian sumber gen tahan, dengan cara menskrining aksesi plasma nutfah kedelai dan dari kegiatan penelitian tersebut, teridentifikasi varietas Gema yang dinilai lebih tahan terhadap hama kutu kebul. Dilanjutkan dengan pembentukan populasi melalui persilangan, kemudian dilakukan seleksi secara bertahap dan dilanjutkan dengan uji daya hasil,dan terakhir dilakukan uji adaptasi di berbagai sentra produksi kedelai di Indonesia.
Calon varietas GHKK-05 memiliki rata-rata hasil 2,94 t/ha, umur masak tergolong sedang (82 hari), ukuran biji besar (14,45 g/100 biji), tahan terhadap hama kutu kebul, agak tahan terhadap hama pengisap polong dan memiliki kandungan lemak cukup tinggi. Calon varietas GHKK-06 memiliki rata-rata hasil 3,00 t/ha, ukuran biji besar (14,98 g/100 biji), tahan terhadap hama kutu kebul, tahan terhadap penyakit karat dan agak tahan terhadap hama pengisap polong serta kandungan lemaknya cukup tinggi. Calon varietas GHKK-10 memiliki rata-rata hasil 3,05 t/ha, ukuran biji besar (15,08 g/100 biji), agak tahan terhadap hama kutu kebul, dan kandungan proteinnya cukup tinggi. Ketiga calon varietas tersebut berpeluang untuk dikembangkan di berbagai sentra produksi kedelai di Indonesia (Gambar 1 dan 2).
Rencana produksi benih penjenis (BS) calon varietas GHKK-05, GHKK-06 dan GHKK-10 akan dimulai pada MK 2021 seluas 1 ha di kebun percobaan Balitkabi. Diperkirakan dari program tersebut dihasilkan benih FS sebanyak 1.000 kg. Selanjutnya hasil benih FS akan diperbanyak menjadi produksi benih kelas SS pada musim tanam berikutnya dan hasilnya akan diperbanyak menjadi produksi benih kelas ES. Dengan tahapan demikian, maka selama 5 (lima) tahun calon varietas kedelai yang memiliki ketahanan terhadap hama kutu kebul dapat berkembang dan tersedia benih sumbernya dengan memadai.
Apresiasi dari TPVTP berupa berita acara hasil sidang evaluasi dan penilaian calon varietas tanaman pangan Nomor 19/TPVTP/03/2021 tanggal 25 Maret 2021, direkomendasikan ketiga calon varietas kedelai tersebut dapat untuk dilepas sebagai varietas unggul. Usulan nama varietas untuk GHKK-05 yakni DETAKU 1, GHKK-06 dengan nama varietas DETAKU 2 dan GHKK-10 dengan nama varietas DETAKU 3. Proses pelepasan calon varietas dapat dilaksanakan setelah perbaikan proposal diterima Tim PVTP dan akan diterbitkan rekomendasi.
Penulis : 1. Ir. Purwancaturita Maryani, MM (PBT Ahli Madya)
2. Heny Setiyowati, SP (PBT Ahli Pertama)