PETANI WULUHAN SIAGA MENGHADAPI MUSIM HUJAN
Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika telah meprediksi bahwa awal Musim Hujan 2023/2024 akan dimulai pada bulan November hingga Desember 2023, dan puncaknya pada bulan Januari/Februari 2024. Dihimbau kepada pemerintah daerah, instansi terkait, dan masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologis serta menekankan pentingnya persiapan dan mitigasi bencana alam/banjir dalam menghadapi perubahan cuaca yang dinamis.
Desa Ampel, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember adalah salah satu lokasi yang sawahnya rawan terkena dampak perubahan iklim (DPI), saat Musim Kemarau mengalami kekeringan dan pada Musim Hujan mengalami banjir. Dalam rangka menghadapi Musim Tanam 2023/2024 pada Musim Hujan ini, para petani di Desa Ampel, Kecamatan Wuluhan, Jember melaksanakan kegiatan gerakan penanganan DPI untuk mengantisipasi banjir dengan cara membersihkan saluran air yang mengalami penumpukan sampah-sampah organik maupun anorganik. Panjang saluran air yang dibersihkan kurang lebih 500 meter, diameter saluran air 2 – 2,5 meter dengan kedalaman antara 1 – 1,5 meter.
“Desa Wuluhan merupakan wilayah rawan banjr dan kekeringan, namun sangat cocok untuk komoditi padi, palawija dan hortikultura. Kami sangat bersyukur mendapatkan alokasi kegiatan gerakan penanganan DPI di wilayah kami” Ungkap Kawit, salah seorang petugas lapang Kab. Jember. “Dengan kegiatan normalisasi sederhana ini, dilakukan secara gotong royong, petani optimis mengaadapi Musim Hujan” tandas Kawit.
Hal yang sama diungkapkan oleh POPT Kecamatan Wuluhan yang akrab dipanggil Asfiah bahwa pembersihan saluran air di Desa Ampel sangat penting dilaksanakan oleh petani karena wilayah ini sangat rawan banjir setiap tahunnya. “Bila musim hujan tiba, air akan meluap dan menggenangi lahan pertanian akibat sabuk gunung tidak berfungsi dengan baik karena mengalami pendangkalan” tambah Asfiah.
Nuryakin, ketua kelompok Tani Ngudi Makmur II merasa sangat terbantu dengan kegiatan ini, “walaupun saat ini belum mulai tanam, kami musti bersiap-siap melakukan antisipasi sehingga saat musim hujan tiba, lahan kami aman dari banjir dan kami bisa panen” tandas Nuryakin.
Di tempat terpisah, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Yudi Sastro menyatakan bahwa antisipasi DPI melalui kegiatan Gerakan Penanganan DPI diharapkan dilaksanakan secara massif, “Bantuan operasional pada kegiatan Gerakan Penanganan DPI hanya bersifat stimulan, dan selanjutnya dapat menyebar kepada petani lainnya secara mandiri/swadaya sehingga kehilangan hasil akibat DPI dapat diminimalkan dan target produksi padi dapat diamankan” tandas Yudi.
Penanganan DPI perlu dukungan antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Menteri Pertanian Ri, Amran Sulaeman “kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah merupakan sebuah keharusan untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada termasuk perubahan iklim. Namun demikian, kolaborasi dan akselerasi harus berbuah pada perluasan tanam dan produksi di masa panen mendatang” tegas Amran.
Kontributor: Yunita Fauziah Rahim, SP, M.Si