KEMENTAN TINGKATKAN KEWASPADAAN TERHADAP ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT)
Sesuai informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), telah terjadi penurunan La Nina dan peluang terjadinya El Nino rendah sehingga musim kemarau 2022 diprediksi dalam kondisi normal. Kondisi iklim ini tentu saja mempengaruhi perkembangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), yang juga akan berdampak pada pencapaian produksi, khususnya tanaman pangan.
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Balai Besar Peramalan OPT telah memperkirakan serangan OPT utama komoditas padi, jagung, dan kedelai pada musim tanam 2022 ini. Serangan OPT yang perlu diwaspadai, terutama adalah penggerek batang padi, wereng batang cokelat (WBC), dan tikus pada padi, ulat grayak Frugiperda dan Spodoptera pada jagung, serta ulat grayak Spodoptera dan lalat kacang pada kedelai.
Mengantisipasi hal ini, Kementan melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan telah meningkatkan kewaspadaan terhadap OPT untuk menekan perkembangan OPT dan kerugian yang ditimbulkan.
Menindaklanjuti hal ini, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Mohammad Takdir Mulyadi telah mengambil langkah-langkah strategis, baik di pusat maupun di daerah. "Kami terus intensif berkoordinasi dengan Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) di setiap provinsi dan memantau perkembangan kondisi populasi atau serangan OPT di lapangan, terutama daerah sentra produksi dan endemis, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Lampung, dan Sulawesi Selatan", ujar Takdir.
Takdir pun menjelaskan strategi peningkatan kewapadaan terhadap OPT, antara lain: pengamatan OPT secara lebih intensif mulai dari persemaian hingga panen oleh petugas Pengendali OPT (POPT); menyiapkan stok dan mendekatkan sarana pengendali OPT, terutama Agens Pengendali Hayati (APH) dan pestisida nabati ke wilayah endemis; Gerakan Pengendalian (gerdal) OPT, baik pre-emtif maupun responsif dengan mengutamakan gerdal secara ramah lingkungan; serta gerdal secara kimia jika upaya pengendalian lain tidak mampu mengendalikan OPT.
Dihubungi terpisah, pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Sulandari mengungkapkan OPT lain yang juga perlu diwaspadai adalah penyakit yang disebabkan oleh virus tungro yang ditularkan oleh wereng hijau serta kerdil rumput dan kerdil hampa yang ditularkan oleh WBC. "Yang penting untuk antisipasi penyakit akibat virus adalah penggunaan benih/bibit yang sehat, sanitasi lingkungan dari sumber serangan, pemupukan berimbang, dan penguatan ketahanan tanaman dengan aplikasi APH/PGPR," imbuh Ndari, sapaan akrab dosen UGM ini.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi pun telah menginstruksikan kepada jajarannya agar mengawal pertanaman pangan dari gangguan OPT. "Kami telah tekankan kepada seluruh Kepala Dinas Pertanian Provinsi untuk mengamankan target pencapaian produksi tanaman pangan, terutama komoditas padi, jagung, dan kedelai pada musim tanam ini dari serangan OPT," pungkas Suwandi.
Hal ini menegaskan bahwa pertanian Indonesia siap menghadapi krisis pangan global seperti yang disampaikan Menteri Pertanian Syharul Yasin Limpo dalam peringatan Hari Krida Pertanian Tahun 2022.
(Kontributor : Wiwik Sugiharti)