Kegiatan Budidaya Padi Kaya Gizi (Biofortifikasi) Mendukung Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting di Indonesia
Permasalahan
kekurangan gizi merupakan permasalahan serius bagi Indonesia. Sekitar 30%
penduduk dunia termasuk Indonesia, terutama anak-anak, berisiko menderita
kekurangan gizi Zn. Proporsi Berat Badan Lahir Rendah (<2500 gram/BBLR)
mengalami kenaikan dari 5,7% pada 2013 menjadi sebesar 6,2% pada tahun 2018.
Selain berakibat menurunnya daya tahan tubuh, produktivitas, dan kualitas hidup
manusia, kekurangan gizi Zn juga menjadi salah satu faktor kekerdilan
(stunting) yang prevalensinya cukup besar dan merata di Indonesia. Kadar
mineral penting seperti Fe (besi) dan Zn (seng) dapat ditingkatkan melalui
program biofortifikasi.
Tren Prevalensi Stunting
Indonesia
Berdasarkan data WHO,
prevalensi balita stunting Indonesia menyumbang prevalensi tertinggi di
regional Asia Tenggara dengan angka rata-rata prevalensi balita stunting di
Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%. Sedangkan pada tahun 2013-2020, angka
prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2013-2019 merupakan realisasi dan
tahun 2020* merupakan angka target, seperti gambar berikut.
Masalah
balita stunting menjadi penting karena menyangkut kualitas sumber daya manusia
Indonesia di masa yang akan datang. Anak merupakan aset bangsa di masa depan.
Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi sumber daya manusia Indonesia di masa yang
akan datang jika saat ini banyak anak Indonesia yang menderita stunting. Sementara
stunting terjadi di hamper seluruh wilayah Indonesia (Kemenkes, 2019). Dapat
dipastikan bangsa ini tidak akan mampu bersaing dengan bangsa lain dalam
menghadapi tantangan global.
Sasaran Penurunan
Stunting Indonesia (RPJMN 2020-2024)
Presiden
RI, pada Kompas100 CEO Forum tanggal 28 November 2019 menyampaikan target
penurunan stunting pada tahun 2024 menjadi 14% (rata-rata penutunan stunting
2,7/tahun. Target tersebut dituangkan dalam Perpres No. 18 Tahun 2020 tentang
RPJMN 2020-2024.
Target lokasi fokus (lokus) stunting ditetapkan oleh SK Menteri PPN/Bappenas yang digunakan sebagai acuan Kementerian/Lembaga (K/L) dalam melakukan intervensi sesuai bidang terkait yang telah ditetapkan dalam strategi nasional percepatan penurunan stunting. Pada tahun 2018, prioritas lokus stunting ditetapkan sebanyak 100 kabupaten/kota, tahun 2019 menjadi 160 kabupaten/kota dan sampai dengan tahun 2024 lokus diperluas menjadi 514 kabupaten/kota.
Kegiatan Padi Biofortifikasi
Upaya
pencegahan dan penurunan angka stunting tidak dapat dilakukan hanya oleh sektor
kesehatan, tetapi dengan melibatkan lintas sektor dan tentunya dari dalam
keluarga itu sendiri. Keterlibatan Kementerian Pertanian dalam pencegahan dan
penurunan angka stunting salah satunya melalui pengembangan budidaya padi kaya
gizi (biofortifikasi). Biofortifikasi merupakan proses menambahkan dan atau
meningkatkan kualitas nutrisi dalam tanaman bahan pangan melalui pemuliaan
tanaman. Varietas padi yang dikembangkan dalam kegiatan budidaya padi
biofortifikasi adalah varietas Inpari IR Nutrizinc dan Inpago 13 Fortiz yang
mengandung sumber Zn yang lebih tinggi merupakan varietas rakitan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian berkolaborasi
dengan IRRI dan Harvest Plus. Kegiatan Budidaya Padi
Kaya Gizi (Biofortifikasi) masuk dalam RPJMN 2020-2024 sebagai kegiatan
prioritas nasional yang pelaksanaannya dipantau oleh Bappenas.
Sasaran
Kegiatan Budidaya Padi Biofortifikasi
Sasaran
Kegiatan Budidaya Padi Kaya Gizi (Biofortifikasi) mulai dilakukan pada tahun
2020 seluas 10.000 ha dan tahun 2024 menjadi seluas 200.000 ha.
Kegiatan
budidaya padi kaya gizi (biofortifikasi) dilaksanakan pada lokasi focus
intervensi penurunan stunting atau lokasi yang berdekatan dengan lokasi focus
jika pengembangan budidaya tidak memungkinkan dilakukan pada kabupaten/kota
yang menjadi lokus tersebut.
Penulis:
Yuliarmi, SP, M.Si Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Madya, Direktorat Serealia