Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu,
Jakarta Selatan 12520,
Provinsi DKI Jakarta

(021) 7824 669

ID EN
Logo

Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan

7

PEMANFAATAN SATELIT UNTUK PERTANIAN: PENGUKURAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS PADI DENGAN SISCROP 2.0

Keputusan Pemerintah untuk memperbaiki data pangan patut didukung dan diapresiasi, karena dengan data yang baik dan tepat maka pengambilan keputusan dan kebijakan akan lebih akurat terutama data produksi padi yang berkaitan erat dengan keamanan pangan strategis nasional. Ditambah lagi dengan terbitnya Perpres No. 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia, dimana kebijakan tata kelola data pemerintah ditujukan untuk menghasilkan data yang akurat, mutakhir, terpadu, dan dapat dipertanggungjawabkan, serta mudah diakses dan dibagipakaikan antar instansi baik pusat dan daerah. 

Langkah perbaikan dalam perhitungan luas panen, produksi dan produktivitas padi terus dilakukan agar didapatkan data produksi padi yang semakin presisi. Saat ini perhitungan data produksi padi dilakukan oleh Badan Pusat Satistik (BPS) dengan menggunakan metode pengukuran Kerangka Sampel Area (KSA) yang dimulai sejak tahun 2018. Penggunaan metode KSA menggantikan metode sebelumnya yang menggunakan pengukuran mata (eye estimate) yang bersifat subjektif untuk mengukur luas panen. Tujuan penggunaan KSA adalah untuk memperoleh data luas panen padi yang lebih objektif, akurat, cepat, dan modern.

Kerangka Sampel Area adalah survei berbasis area yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap sampel segmen dan bertujuan untuk mengestimasi luasan dengan ekstrapolasi dari sampel ke populasi dalam periode yang relative pendek (rapid estimate). Di Indonesia, potensi pertanaman dan luas panen dengan metode KSA dikembangkan oleh BPPT sejak tahun 1998, digunakan untuk menghitung estimasi produksi padi terkini dan potensi 3 bulan ke depan dengan menggunakan statistik spasial. Menurut BPS, sampai saat ini metode KSA yang dikembangkan juga bersama KemenATR/BPN masih dianggap sebagai metode terbaik dalam perhitungan data produksi padi.  

Dalam hal penguatan data luas panen, produksi dan produktivitas yang merupakan salah satu ranah tugas pokok dan fungsi Kementerian Pertanian, maka melalui Balitbangtan pada tahun 2020 dikembangkan suatu sistem informasi dengan model standing crop yang berbasis penginderaan jauh. Sistem Informasi Standing Crop (SISCrop) dikembangkan oleh Kementerian Pertanian yang bekerja sama dengan LAPAN dan Kementerian Lembaga serta Perguruan Tinggi. SISCrop menggunakan citra satelit Sentinel 1 sebagai sumber data untuk menghindari kesalahan hitung luas dan lokasi di lapangan. Dengan begitu, data yang disajikan dapat memudahkan petugas lapang untuk memantau kondisi wilayah pertanian yang cukup sulit dijangkau. 

Kepala Balitbangtan Kementerian Pertanian, Fadjry Djufri, menjelaskan, “SISCrop 1.0 berfungsi untuk memonitor lahan pertanian kondisi tanaman padi secara lebih akurat.” Lebih lanjut Fadjry memaparkan keunggulan SISCrop 1.0 dapat memonitor, fase pertumbuhan padi, luas tanam, luas panen, produktivitas, dan indeks pertanaman secara real time. Saat ini SISCrop sudah memasuki versi 2.0 dimana telah diperbaharui informasi data standing crop untuk seluruh wilayah Indonesia, "SISCrop 2.0 merupakan teknologi data satelit standing crop yang terbarukan dari SISCrop 1.0 tahun 2020. Teknologi ini menambahkan data produktivitas selain standing crop yang ada, "ungkap Kepala Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP, Kementan), Husnain. Lebih lanjut Husnain menuturkan, teknologi ini merupakan terobosan berbasis satelit yang menghasilkan Pertanian Presisi. Informasi dalam SISCrop 2.0 sangat membantu dalam menetapkan luas tanam, luas panen, provitas, dan estimasi produksi padi nasional. 

Pengembangan SISCrop 2.0 oleh Kementan merupakan bentuk dukungan terhadap BPS dalam penyempurnaan metode perhitungan data luas panen KSA BPS, dalam kerangka kebijakan Satu Data Indonesia. Dalam FGD Pemanfaatan Data Satelit untuk Pertanian (21/7), Peneliti SISCrop, Rhizatus Shofiyati menyatakan siap berkolaborasi dengan tim BPS untuk mengkaji lebih lanjut pemanfaatan satelit dalam penyempurnaan metode KSA untuk perhitungan luas panen dan produktivitas padi. Menurutnya, metode perhitungan produktivitas padi SISCrop dan KSA berbeda. Pada SISCrop pengukuran produktivitas dilakukan menggunakan radar satelit dengan berdasarkan pada kekasaran dari obyek yang ditangkap, pixel warna yang tertangkap dicatat oleh radar dan diberi nomor digital yang kemudian akan diterjemahkan menjadi perhitungan produktivitas dengan menggunakan model yang ada. Sedangkan, pada KSA perhitungan produktivitas menggunakan metode perhitungan ubinan ke lapangan pada lokasi yang sudah ditentukan. 

Pada kesempatan yang sama, Direktur Serealia (Kementan), Ismail Wahab mengatakan “penggunaan citra satellite untuk pengukuran luas panen adalah teknologi masa depan, dan sudah digunakan oleh banyak pihak dalam membaca keadaan muka bumi, oleh karena itu penyempurnaan metodologi KSA dengan pemanfaatan satelit seharusnya bukan hal yang mustahil”. Merespon hal tersebut, perwakilan Direktorat Pengembangan Metode Survei dan Sensus (BPS), Agus Marzuki menyatakan, akan berdiskusi lebih lanjut dengan BBSDLP terkait kemungkinan kolaborasi perhitungan produktivitas pada daerah yang susah dijangkau metode KSA.


Penulis: Devied Apriyanto Sofyan (PMHP Ahli Muda Direktorat Jenderal Tanaman Pangan)



WhatsApp


Email


Jam Pelayanan

Hari Kerja
08:00 s/d 16:00