Tangani Belalang Kembara, Kementan Bersinergi dengan FAO
Penanganan belalang kembara di Pulau Sumba terus menjadi perhatian utama Kementerian Pertanian khususnya Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (Ditlin TP). Dalam hal ini, Ditlin TP bersama Food and Agriculture Organization (FAO) melakukan monitoring belalang kembara di Sumba Timur.
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Mohammad Takdir Mulyadi, beserta Tim dan FAO melakukan pertemuan dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumba Timur dan Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur untuk membahas penanganan belalang kembara berbasis ramah lingkungan dan perlunya kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, petani dan masyarakat untuk mengendalikan belalang kembara. Selain itu, juga melakukan monitoring ke lapangan yaitu ke kecamatan Pahunga Lodu, Rindi & Pandawai.
Upaya-upaya pengendalian belalang kembara di Pulau Sumba sudah dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan stakeholder terkait seperti melakukan monitoring populasi dan pergerakan belalang kembara oleh POPT dan petani sebagai dasar pengendalian, pengendalian mekanik, pengendalian biologi dengan pemanfaaatan agens pengendali hayati (APH), pengendalian dengan bahan kimia, memperkenalkan manfaat dari belalang kembara untuk dijadikan bahan makanan, pakan ternak, dan pupuk, serta melestarikan musuh alami. “setiap langkah pengendalian yang dilakukan tetap memperhatikan dampaknya pada lingkungan dan diupayakan berbasis ramah lingkungan”, tegas Takdir.
Pakar dari FAO HQ, Mr. Alexander V. Latchinisky, memberikan saran terkait penanganan belalang kembara ini, diantaranya yaitu dalam upaya pengendalian dapat dilakukan pengendalian jangka pendek (short term) dan jangka panjang (long term). “Short term yaitu dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan perlu dipertimbangkan bahan aktif yang akan digunakan dengan memperhatikan efek samping dan dampaknya bagi organisme non target dan lingkungan”, tegas Alexander. “Sedangkan long term bisa dengan preemtif yakni bimbingan teknis dan penguatan monitoring”, lanjut Alexander. Monitoring dapat dilakukan dengan menggunakan satelit untuk mengidentifikasi habitat belalang kembara, selain itu penggunaan drone untuk melihat topografi pulau Sumba. Kedepan bisa juga mengembangkan software di drone untuk memberikan gambaran langsung keadaan yang ada saat monitoring secara menyeluruh.
Ditempat terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, sangat mendukung dan mengapresiasi upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dari pusat sampai tingkat daerah (lapangan) untuk penanganan hama belalang di Pulau Sumba. Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) harus dapat kita tangani dengan baik karena dapat menjadi salah satu faktor penurunan produksi. Selaras dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, upaya Kementerian Pertanian untuk menjadi negara yang mampu swasembada pangan, program-program Kementan untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia terus diterapkan dan salah satunya adalah dengan penanganan OPT.
Diharapkan dalam pengendalian belalang kembara ini tetap mengedepankan pengendalian yang ramah lingkungan dengan tidak merusak ekosistem sekitar.
(Kontributor: Fadhilah Rahmah Aprianti, S.P.)