MENYELAMATKAN PASOKAN PANGAN INDONESIA
Banyak negara melakukan pengamanan pasokan dan cadangan pangan dalam negeri melalui berbagai cara. Larangan ekspor bahan pangan, larangan ekspor pupuk, pembatasan ekspor komoditas, sehingga tata niaga pangan di pasar global mengalami turbulensi yang sangat dahsyat. Negara-negara yang kebutuhan pangannya dipenuhi dari impor sangat terpukul, karena harganya melambung dan barangnya tidak tersedia. Kondisi ini diperburuk dengan terjadinya perang Uni Soviet versus Ukraina yang berkelanjutan. Dampaknya, pasokan gandum dan pupuk di pasar dunia mengalami guncangan, karena Uni Soviet dan Ukrania merupakan dua negara produsen gandum dan pupuk peringkat atas dunia. Kondisi ini diperburuk dengan respon China dan India yang menutup ekspor pangan dan pupuk ke luar negeri. Kondisi inilah yang memicu turbulensi pasokan dan harga pangan dunia mengalami guncangan makin dahsyat. Lalu pertanyaannya adalah bagaimana Indonesia mengamankan pasokan pangannya, agar tidak mengalami turbulensi harga pangan agar tidak mengganggu stabilitas pangan nasional? Pengembangan komoditas pangan unggulan lokal merupakan pilihan yang menjajikan.
Komoditas Pangan Unggulan Lokal
Indonesia mempunyai komoditas pangan unggul lokal yang sangat banyak, mulai sorgum, ubi kayu dan ubi jalar yang dari segi produktivitas dan kualitas hasilnya dapat dijadikan sumber pangan nasional. Mengapa komoditas unggulan pangan lokal yang harus dikembangkan? Pertama, karena selain benih dan bibitnya tersedia, sesuai dengan kondisi lahan setempat, serta produktivitasnya tinggi, tahan kondisi ekstrim seperti kekeringan, tanah miskin unsur hara, sehingga perluasan pengembangan komoditas pangan lokal sangat terbuka. Sorgum misalnya, bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik pada lahan pasir erupsi gunung Merapi yang sangat miskin haranya. Bahkan tunas yang dihasilkan sorgum juga sangat banyak, sehingga produksi sorgum dapat meningkat pada tunas berikutnya. Pertumbuhan dan produksinya tinggi, sehingga yang dibutuhkan masyarakat berikutnya dari pemerintah dan dunia usaha adalah pengembangan pasca panen dan pengelolaan hasil serta pemasaran hasil.
Sorgum dapat dikembangkan produk hilirnya, sehingga dapat menghasilkan gula, tepung, hijauan pakan ternak. Melalui pasca panen dan pengelolaan hasil yang baik, maka nilai tambah dan pendapatan petani dapat ditingkatkan, sehingga menambah motivasi petani untuk mengembangkan secara luas. Diversifikasi pengolahan hasil akan meningkatkan ketahanan ekonomi petani, sehingga petani lebih sejahtera dan bersemangat untuk mengembangkan komoditas pangan alternatif. Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana cara budidayanya, dan bagaimana perluasannya?
Tumpangsari dengan padi lahan kering
Lahan kering merupakan areal pengembangan komoditas tanaman pangan lokal. Bersinergi dengan padi lahan kering melalui tumpangsari dan tumpang gilir merupakan pilihannya. Selain menjadi sumber pupuk melalui fiksasi hara, produksi bahan organic, maka tumpangsari dan tumpang gilir, sistem pertanian lahan kering dapat dikembangkan lebih luas, produktif dan berkelanjutan. Pemerintah cukup menyediakan fasilitasi air irigasi supplementer dan benih unggul. Melalui irigasi supplementer produktivitas sorgum dan komoditas pangan lainnya dapat ditingkatkan produktivitasnya. Pengembangan irigasi bersumber dari sumber-sumber air setempat dapat memperluas areal tanam sekaligus meningkatkan produktivitas lahan kering. Panen hujan dan aliran permukaan (rainfall and runoff harvesting) merupakan pilihan yang dapat dikembangkan, dengan menampung aliran permukaan pada musim hujan dan mendistribusikannya pada musim kemarau. Pengembangan sumur dangkal dan sumur dalam juga dapat disarankan agar dapat meningkatkan produktivitas lahan kering.
Selanjutnya pemerintah perlu menyediakan bantuan benih yang bermutu dan bersertifikat agar produktivitasnya maksimal. Benih menjadi kunci penting keberhasilan dalam peningkatan komoditas tanaman pangan alternatif. Pemerintah melalui Permentan telah menyediakan fasilitasi pembiayaan untuk benih unggul lokal yang cukup diuji keunggulannya secara in situ. Artinya dana APBN dan APBD dapat digunakan untuk membeli benih unggul komoditas pangan lokal agar dapat dikembangkan petani. Melalui bantuan air pada lahan kering dan bantuan benih unggul serta pengembangan pengolahan hasil, maka Indonesia dapat diselamatkan dari krisis pangan yang sudah mulai melanda dunia dan kita mulai merasakannya, meskipun belum signifikan.
Oleh: Marwanti (PMPH Ahli Muda, Ditjen Tanaman Pangan)